Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan harga minyak berhenti di atas level US$66 per barel karena optimisme OPEC yang akan memperpanjang kebijakan untuk memangkas produksi sejalan dengan prediksi analis akan turunnya stok minyak mentah Amerika Serikat.
Perdagangan berjangka di New York naik 0,6% setelah mengalami kerugian besar selama lebih dari sepekan pada Senin (16/4/2018).
Menteri Perminyakan Kuwait Bakheet Al-Rashidi mengatakan bahwa organisasi negara pengekspor minyak mentah dan sejumlah produsen sekutunya memutuskan untuk memperpanjang pembatasan output hingga 2019. Sementara itu, prediksi analis dari survei Bloomberg menyebutkan, pasokan minyak mentah AS merosot pekan lalu setelah bertahan di bawah rata-rata lima tahun pada empat pekan sebelumnya.
Harga minyak naik ke level tertinggi selama tiga tahun pada pekan lalu setelah risiko geopolitik seperti konflik AS dengan Suriah dan ketegangan Arab Saudi dengan pemberontak Iran meningkat sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu persediaan pasokan.
OPEC dan produsen lain yang sedang berusaha mengurangi persediaan global dengan memangkas pasokan dalam 15 bulan terakhir masih mengkhawatirkan laporan produksi minyak mentah AS.
“OPEC dan sekutunya mengharapkan bisa mengontrol pasokannya agar bisa sesuai dengan permintaan setelah inventaris minyak mentah berkurang,” ujar Jun Inoue, ekonom senior di Mizuho Research Institute Ltd di Tokyo.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei merangkak naik sebanyak 42 poin menjadi US$66,64 per barel pada perdagangan New York Merchantile Exchange dan diperdagangkan senilai US$66,57 pada 08.32 WIB.
Kontrak tersebut merosot dan ditutup dengan harga US$66,22 pada Senin (16/4/2018). Volume minyak yang diperdagangkan 57% lebih sedikit di bawah rata-rata 100 hari.
Harga minyak Brent untuk kontrak teraktif Juni bertambah 0,33 poin menjadi US$71,75 per barel dalam perdagangan di ICE Futures London dan diperdagangkan pada premium US$%,19 hingga Juni.
Perdagangan berjangka China untuk pengiriman September bertambah 0,1% menjadi 424,8 yuan per barel pada perdagangan Shanghai Energy Exchange, dan kontrak itu kehilangan 0,6% pada Senin lalu.