Bisnis.com, JAKARTA – Kendati mengalami koreksi yang cukup tajam dari level tertinggi dalam hampir 3 tahun, minyak mentah berbalik naik tipis seiring dengan menurunnya persediaan minyak AS.
Pada perdagangan Rabu (7/2/2018) pukul 16.00 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak teraktif Maret 2018 menguat 0,09 poin atau 0,14% menjadi US$63,48 per barel di New York Merchantile Exchange. Sepanjang tahun, harga WTI mengalami pertumbuhan 5,06%.
Adapun harga minyak Brent kontrak teraktif April 2018 naik 0,21 poin atau 0,31% menuju US$67,07 per barel di ICE Futures yang berbasis di London. Secara year to date (ytd), harga naik 0,30%.
Sehari setelah harga tertekan, minyak mentah rebound karena pasar fokus pada data persediaan AS yang dirilis oleh American Petroleum Institute (API).
API melaporkan stok minyak mentah AS turun 1,05 juta barel pada pekan lalu dengan penyimpanan yang juga menyusut di Cushing, Oklahoma. Penurunan ini terjadi saat penyuling melakukan perawatan musiman yang biasanya menurunkan permintaan komoditas energi tersebut.
Will Yuan, analis komoditas Hyundai Futures Corp mengklaim bahwa data AS yang akan datang akan menjadi faktor penentu harga minyak di masa depan, sementara saat ini harga minyak akan terdukung setelah mengalami koreksi.
Baca Juga
Goldman Sachs memproyeksikan kondisi bullish pada komoditas energi ini. “Kami menaikkan target harga minyak mencapai US$82 per barel pada paruh pertama tahun ini.”