Bisnis.com, JAKARTA - Potensi peningkatan penerimaan iklan televisi diperkirakan meningkatkan kinerja PT Surya Citra Media Tbk., (SCMA). Bagaimana dengan prospek sahamnya?
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya menuturkan, SCMA saat ini menguasai dua televisi nasional, yakni SCTV dan Indosiar. Pada Desember 2017, SCMA berhasil mendapatkan pangsa pemirsa terbesar sebanyak 31,8%.
Kinerja tersebut didukung tingginya jumlah penonton saat prime time di SCTV melalui sinetron Siapa Takut Jatuh Cinta dan Anak Langit. Di luar jam tersebut, pemirsa masih cukup setia melihat siaran FTV dan Liga Champion.
Tidak hanya SCTV, Indosiar juga memiliki jumlah pemirsa yang tinggi melalui siaran D’Academy
Asia. Peningkatan pangsa pasar ini diperkirakan berlanjut pada 2018.
Di sisi lain, SCMA dapat menangguk keuntungan dari permintaan iklan yang tinggi menjelang Pilkada 2018 dan Pemilu 2019. Oleh karena itu, pada tahun ini pendapatan dapat meningkat 5,3% yoy menjadi Rp4,77 triliun dibandingkan estimasi 2017 sebesar Rp4,53 triliun.
Laba bersih pada 2018 juga diperkirakan tumbuh 5,37% yoy menuju Rp1,57 triliun dari sebelumnya Rp1,49 triliun. Mirae pun memberi rekomendasi trading buy terhadap saham SCMA dengan target Rp2.915.
“Harga Rp2.915 sesuai dengan estimasi price earning ratio (PER) 21,7x, menurun dari estimasi 2017 sebesar 22,9x,” papar Christine dalam risetnya.
Pada perdagangan Kamis (11/1/2018), saham SCMA menurun 40 poin atau 1,65% menjadi Rp2.380. Harga sudah menurun 4 sesi beruntun.
Atas pencapaian itu, PER saham SCMA kemarin mencapai 24,14x. Tahun lalu, saham SCMA melorot 11,43%.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Marlene Tanumihardja menyampaikan, pendapatan SCMA dapat meningkat pada tahun ini seiring dengan pertumbuhan daya beli masyarakat yang berimbas ke sektor konsumsi. Selama ini, sektor konsumsi memang memberikan kontribusi besar terhadap iklan televisi
Momentum pemilu juga mendongkrak permintaan iklan. Diperkirakan pendapatan SCMA dapat meningkat 8%yoy pada 2018.
Kendati demikian, SCMA masih menghadapi sejumlah risiko seperti perubahan regulasi dan suhu politik yang memanas, sehingga memengaruhi pasar saham.
Oleh karena itu, Marlene hanya merekomendasikan hold saham SMCA dengan target Rp2.480 yang mencerminkan PER 17,2x.
Head of Research BCA Sekuritas Pandu Anugrah menuturkan, SCMA merupakan salah satu saham favorit pada 2018, sehingga mendapat rekomendasi beli dengan target harga Rp2.550. Nilai itu mencerminkan PER 23x, menurun dari 2017 sebesar 25,9x.
Berdasarkan konsensus Bloomberg, 12 analis merekomendasikan beli, 5 menyarankan hold, dan 1 analis menyatakan jual. Rerata target harga ialah Rp2.472.
Melihat berbagai rekomendasi yang ada, tampaknya saham SCMA cenderung flat segitu-gitu saja.