Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) melaporkan kinerja ekspor minyak sawit Indonesia tumbuh positif dari segi volume sepanjang paruh pertama 2017.
Volume ekpsor minyak sawit Indonesia (CPO, PKO dan turunannya termasuk oleochemical dan biodiesel) tercatat mencapai 16,6 juta ton atau naik 25% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai 12,5 juta ton.
Sementara itu produksi minyak sawit Indonesia pada semester pertama 2017 telah mencapai 18,15 juta ton. Angka ini menunjukkan pertumbuhan 18,6% dibandingkan dengan produksi tahun lalu pada periode yang sama 15,30 juta ton.
Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan menjelaskan produksi semester pertama 2017 ini masih dipengaruhi oleh El Nino tahun lalu sehingga tidak maksimal.
“Pada semester pertama ini, Gapki bekerja sama dengan asosiasi sawit lainnya juga melakukan survei stok fisik minyak sawit untuk mendapatkan data yang lebih akurat dari lapangan,” paparnya dalam keterangan resmi pada Rabu (23/8/2017).
Berdasarkan hasil survei yang diselenggarakan, stok fisik minyak sawit Indonesia di tangki-tangki timbun perusahaan cukup banyak sehingga perlu diadakan penyesuaian data stok. Pada semester satu 2017, stok minyak sawit Indonesia mencapai 2,325 juta ton yang sudah termasuk angka penyesuaian sebesar 1,5 juta ton.
Dari sisi harga, sepanjang semester pertama 2017 harga bergerak di kisaran US$650—US$827.50 per metrik ton. Harga pada Januari cukup menjanjikan dengan rata-rata US$805.7 per metrik ton.
Harga ini terus tergerus seiring dengan lesunya ekonomi global yang menyebabkan lesunya permintaan dan melimpahnya produksi minyak nabati lain yang menyebabkan harga menjadi murah.
Sementara itu, selama semester I/2017, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia ke negara tujuan utama juga tumbuh positif kecuali Pakistan.
Ekspor semester pertama ke Pakistan mengalami penurunan sebesar 5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu atau dari 1,1 juta ton pada semester pertama 2016 turun menjadi 1,05 juta ton pada periode yang sama tahun ini. Penurunan juga diikuti oleh negara-negara Timur Tengah yang membukukan sebesar 12%.
Sebaliknya, volume ekspor minyak sawit Indonesia ke India pada semester pertama 2017 mencatatkan pertumbuhan yang cukup siginifikan yaitu naik sebesar 43% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau dari 2,6 juta ton menjadi 3,8 juta ton.
Kenaikan yang cukup signifikan juga dicatatkan negara-negara Uni Eropa, mengingat negara Benua Biru ini melancarkan hambatan dagang dengan menerbitkan resolusi Parlemen Eropa pada Maret.
Kinerja ekspor ke Benua Biru selama semester I/2017 mencapai 2,7 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu hanya mampu mencapai 1,9 juta ton. Kenaikan kinerja ekspor semester pertama 2017 diikuti oleh negara-negara Afrika sebesar 36,5%, Banglades 29%, Amerika Serikat 27% dan China 18%.
Pekan keempat Juni adalah minggu perayaan Idul Fitri di tahun 2017. Biasanya pada saat jelang hari raya Idul Fitri ekspor minyak sawit Indonesia meningkat karena kebiasaannya konsumsi khususnya di negara berbasis mayoritas muslim akan naik dan mempengaruhi meningkatnya permintaan.
Tahun ini hal biasa tidak terjadi, jelang hari raya Idul Fitri, ekspor minyak sawit Indonesia tersungkur dengan membukukan penurunan sebesar 18% atau dari 2,6 juta ton pada bulan Mei turun menjadi 2,1 juta ton pada Juni.
Padahal harga minyak sawit juga sedang murah di kisaran US$640 – US$725 per metrik ton dengan harga rata-rata US$681.30 per metrik ton. Harga yang rendah ini ternyata tetap tak mampu mendongkrak ekspor. Lesunya pasar minyak sawit global dipengaruhi oleh melimpahnya produksi minyak nabati lainnya seperti kedelai dan rapeseed.
Melimpahnya produksi membuat harga kedelai dan rapeseed turun, sehingga minyak sawit yang bukan merupakan minyak nabati utama di Eropa, Amerika dan China bukan menjadi pilihan utama.
Sementara itu, produksi minyak sawit Indonesia pada Juni ini masih stagnan dan cenderung sedikit menurun. Produksi pada Juni ini hanya mampu mencapai 3,327 juta ton atau sekitar 3 ribu ton dibandingkan produksi Mei yang mencapai 3,33 juta ton.