Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada akhir pekan terjungkal lebih dari 4% akibat terseret pelemahan sektor perbankan dan consumer goods.
Pada Jumat pagi, (11/11/2016), kurs rupiah melambung ke level tertinggi Rp13.870 per dolar AS. Mata uang Garuda itu akhirnya ditutup terdepresiasi 1,86% sebesar 245 poin ke level Rp13.383 per dolar AS.
Pelemahan nilai tukar rupiah menyeret IHSG dengan koreksi 4,01% sebesar 218,33 poin ke level 5.231,97. Pelemahan IHSG tertekan oleh sektor consumer goods yang turun 5,15% dan keuangan 4,07%.
Senior Market & Technical Analyst PT Daewoo Securities Indonesia Heldy Arifien, menilai pelemahan IHSG terjadi akibat saham-saham sektor perbankan tertekan. Koreksi IHSG pada akhir pekan dinilai masih dalam kisaran yang wajar.
"Seharusnya tekanan temporer," katanya kepada Bisnis.com, Jumat (11/11/2016).
Pekan ini, IHSG ditutup merosot 2,44% sebesar 130,68 poin. Koreksi IHSG terjadi seiring dengan pelemahan mayoritas bursa saham di Asia Pasifik.
IHSG menjadi bursa dengan penurunan terdalam di Asia Pasifik. Koreksi itu membuat IHSG kembali terlempar dari jajaran bursa dengan penguatan tertinggi di antar indeks utama dunia. IHSG menguat 13,91% year-to-date.
Investor asing mencatatkan aksi jual bersih yang cukup tinggi senilai Rp2,46 triliun. Sepekan, net sell asing mencapai Rp3,72 triliun kian menipiskan capaian net buy sejak awal tahun menjadi Rp28,44 triliun.
Adapun, nilai tukar rupiah ditutup terdepresiasi 2,41% sebesar 315 poin pada pekan ini. Kurs rupiah terdepresiasi paling dalam di kawasan Asia, disusul oleh ringgit Malaysia sebesar 1,4%.