Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas bursa saham pasar negara-negara berkembang dilaporkan bergerak melemah pada perdagangan siang ini, Rabu (28/9/2016), di tengah penantian investor akan pertemuan negara produsen minyak dalam hal kesepakatan produksi.
Seperti dilansir Bloomberg hari ini, mayoritas bursa saham emerging markets melemah akibat tertekan oleh saham perusahaan finansial dan energi.
Indeks saham daratan utama China yang diperdagangkan di Hong Kong memimpin pelemahan sejalan dengan turunnya performa indeks saham di Indonesia dan Korea Selatan.
Indeks Shanghai Composite turun 0.3%, sementara indeks saham di Indonesia dan Korea Selatan masing-masing melemah 0,5%.
Sementara itu, nilai tukar mata uang ringgit Malaysia melemah ke level terendahnya dalam tiga bulan setelah harga minyak mentah yang diperdagangkan di bawah US$45 per barel membebani prospek bagi keuangan negara pengekspor minyak tersebut.
Harga minyak WTI kontrak November kemarin ditutup drop 2,74% atau 1,26 poin ke US$44,67, sedangkan patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak November berakhir anjlok hampir 3% ke US$45,97 per barel.
Setelah debat pertama calon Presiden AS menyebabkan reli di antara aset negara berkembang kemarin, euforia tersebut mereda hari ini seiring beralihnya perhatian pasar pada anjloknya harga minyak di tengah meredupnya ekspektasi terhadap hasil diskusi OPEC di Aljazair hari ini.
“Tidak ada arah yang jelas bagi pasar dalam jangka waktu pendek,” ujar Ang Kok Heng, Kepala pejabat investasi Phillip Capital Management Bhd.