Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks saham pasar negara-negara berkembang dilaporkan melemah pada perdagangan siang ini, Rabu (14/9/2016), di saat para investor mempertimbangkan kemungkinan akomodasi kebijakan oleh bank sentral global di tengah prospek berlanjutnya kelebihan minyak.
Indeks saham MSCI Emerging Markets turun 0,2% menjadi 883,87 pada pukul 12.10 siang waktu Hong Kong (pk. 11.10 WIB), mengikis penguatannya sepanjang tahun ini menjadi 11%.
Seperti dilansir Bloomberg hari ini, indeks saham negara-negara berkembang melemah untuk hari keempat, disertai penurunan obligasi pemerintah di seluruh Asia, seiring kembalinya volatilitas ke pasar finansial.
Indonesia memimpin pelemahan pada pergerakan saham pasar negara berkembang siang ini dengan pelemahan tajam 1,46% pada pukul 12.00 WIB, sedangkan Thailand dan Vietnam mencoba melawan tren penurunan.
Reli saham yang dipicu oleh optimisme bahwa AS akan menahan diri untuk menaikkan suku bunga acuannya dalam pertemuan kebijakan pekan depan telah menghilang.
Investor mengalihkan fokus ke kemungkinan pengetatan kebijakan oleh Federal Reserve pada akhir tahun ini ketika bank sentral di Eropa dan Jepang mempertanyakan manfaat stimulus lebih lanjut.
“Menurut kami tingkat suku bunga (AS) akan naik 25 basis poin pada akhir tahun. Pada akhirnya, hal itu akan positif untuk dolar dalam jangka pendek terhadap mata uang emerging markets, dan pada dasarnya itu berarti akan berlanjutnya volatilitas pada pasar obligasi dan saham,” kata Kelvin Tay, Kepala pejabat investasi urusan bisnis manajemen aset di UBS Group AG.