Bisnis.com, JAKARTA— Imbal hasil surat utang negara (SUN) diprediksi masih dalam tren turun seiring turunnya imbal hasil global dan meredanya pelemahan rupiah.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan imbal hasil global mayoritas masih turun secara umum terpengaruh oleh data serapan tenaga kerja AS yang sangat rendah. Selain itu, kombinasi antara pernyataan Yellen yang masih yakin suku bunga AS harus naik, walaupun lebih dovish, serta naiknya harga minyak mulai mendorong imbal hasil yang lebih tinggi.
Dari domestik, aliran dana asing masuk mulai kembali ke SUN sehingga mendorong imbal hasil untuk turun terutama pada tenor menengah dan panjang.
“Itu terjadi, selain akibat tren turun imbal hasil global, juga akibat meredanya risiko pelemahan nilai tukar yang ditunjukkan oleh kembalinya rupiah ke kisaran Rp13.300-an,” katanya dalam riset, Selasa (7/6/2016)
Harapan pelonggaran moneter oleh BI juga semakin tinggi seiring dengan semakin rendahnya peluang kenaikan FFR target dalam waktu dekat.