Bisnis.com, JAKARTA - Rencana pencaplokan saham PT Newmont Nusa Tenggara oleh perusahaan milik Arifin Panigoro, PT Medco Energi Internasional Tbk., yang diklaim telah direstui Presiden Joko Widodo, bakal disokong pinjaman dana perbankan yang dipimpin PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. senilai US$1 miliar.
Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro enggan berkomentar terkait dengan rencana akuisisi saham mayoritas Newmont.
Dia juga tidak bersedia membuka informasi pengajuan dana pinjaman yang dipimpin oleh Bank Mandiri, dengan peserta BNP Paribas SA, Malayan Banking Bhd., dan Societe Generale SA, serta PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
"Maaf saya belum bisa memberi komentar (soal pengajuan pinjaman kepada Bank Mandiri)," katanya saat dikonfirmasi Bisnis.com pada Rabu (6/4/2016).
Dia hanya menjelaskan satu-satunya belanja modal (capital expenditure/capex) yang terbilang besar bagi emiten berkode saham MEDC tersebut tahun ini mencapai US$50 juta. Dana belanja modal itu akan digunakan untuk pembangunan fasilitas produksi gas blok A di Aceh.
Perseroan memastikan akan merogoh kas internal dan pinjaman dari perbankan untuk kebutuhan belanja modal 2016. Hingga akhir tahun lalu, saldo kas dan setara kas mencapai US$463,17 juta, melonjak 124% dari akhir tahun sebelumnya US$206,63 juta.
Istana Presiden melalui Sekretaris Kabinet Pramono Anung membenarkan rencana akuisisi Newmont oleh Medco Energi. Tahun lalu, Arifin Panigoro juga pernah berujar ingin mencaplok 76% saham Newmont.
Saat ini, komposisi saham NNT dikempit oleh Nusa Tenggara Partnership B.V. sebesar 56%, PT Multi Daerah Bersaing sebesar 24%, PT Pukuafu Indah sebesar 17,8%, dan PT Indonesia Masbaga sebesar 2,2%. Sedangkan, sebesar 7% saham Nusa Tenggara Partnership B.V, tengah dalam proses divestasi kepada pemerintah Indonesia.
Pasal 97 ayat 2 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara menyebutkan perusahaan tambang wajib melakukan penawaran divestasi saham kepada pihak Indonesia melalui tahapan menawarkannya kepada pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota setempat, atau kepada BUMN dan BUMD, atau kepada badan usaha swasta nasional.
Dari informasi yang diperoleh Bloomberg, konsorsium perusahaan tengah menawar kepemilikan pengendali Newmont senilai US$2 miliar. Grup investor tersebut berencana mengakuisisi 80% saham Newmont pekan ini.
Kelompok investor yang dipimpin oleh Medco Energi yang kini dikendalikan oleh adik Arifin Panigoro itu tengah bersiap-siap mengajukan utang senilai US$1 miliar. Dana pinjaman akan diajukan kepada BNP Paribas SA, Malayan Banking Bhd., Societe Generale SA., serta dua bank BUMN, BNI dan Bank Mandiri.
Kelompok investor yang berencana mengakuisisi itu berencana untuk membeli 24% saham operasional Newmont yang digenggam oleh PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) milik Grup Bakrie.
Kebutuhan akuisisi saham Newmont terbilang besar dan butuh dukungan dana perbankan. Jika ditelisik dalam laporan keuangan yang telah diaudit, total utang Medco membengkak 33,26% menjadi US$1,58 miliar dari US$1,18 miliar.
Membengkaknya total utang perseroan terjadi lantaran pinjaman perbankan jangka panjang setelah dikurangi dengan biaya jatuh tempo dalam satu tahun meroket tajam. Pada periode 2015, utang itu melesat 66,75% menjadi US$908,21 juta dari tahun sebelumnya US$544,66 juta.
Posisi total utang terhadap ekuitas Medco Energi hingga akhir tahun lalu mencapai 2,25 kali. Total utang bank MEDC per 31 Desember 2015 mencapai US$1,08 miliar yang terdiri dari jatuh tempo tahun ini US$179,5 juta dan jangka panjang US$908,21 juta.
Dua kreditor terbesar Medco Energi adalah Bank Mandiri US$590 juta, pinjaman sindikasi dari Standard Chartered Bank, PT Bank ANZ Indonesia, PT Bank DBS INdonesia, Bank Mandiri, dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation US$200 juta.
Kinerja MEDC sepanjang tahun lalu juga tidak menggembirakan. MEDC menderita rugi bersih US$188,13 juta dari tahun sebelumnya masih laba US$5,23 juta. Pendapatan MEDC merosot 16,2% menjadi US$628,47 juta dari US$750,73 juta.
Sementara itu, dalam outlook keuangan dan operasi Newmont tahun ini, produksi emas di Tambang Batu Hijau yang dioperasikan oleh Newmont diproyeksi mencapai 525.000 ounce hingga 575.000 ounce. Sebanyak 250.000 ounce hingga 275.000 ounce bakal diatribusikan kepada entitas induk Newmont.
Begitu pula dengan produksi tembaga yang diproyeksikan mencapai 170.000 ton hingga 190.000 ton. Dari jumlah tersebut, 80.000 ton sampai 100.000 ton akan diatribusikan ke perusahaan induk.
Manajemen Newmont tahun lalu mengklaim telah membayar kewajiban pajak, non-pajak, dan royalti kepada pemerintah senilai Rp34,7 triliun. Khusus royalti, setoran bagi negara melonjak 372% menjadi Rp1,04 triliun dari Rp222 miliar.