Bisnis.com, JAKARTA - Spekulasi rencana pemangkasan output menopang penguatan harga minyak pada pekan terakhir Januari.
Minyak WTI diperdagangkan menguat 1,2% pada Jumat (29/1/2016) atau naik 4,4% sepanjang pekan ke US$33,62 per barel. Adapun Brent ditutup naik 3,42% ke harga US$35,99 per barel.
Harga minyak mentah kini telah bergerak menguat selama dua minggu berturut-turut dan memangkas penurunan tajam awal Januari. Kontrak berjangka minyak turun 9% sepanjang Januari dan sempat jatuh ke level terendah 12 tahun tertekan stok melimpah di Amerika Serikat dan tambahan suplai global dari minyak produksi Iran.
Pergerakan pekan lalu terpicu oleh spekulasi negara-negara anggota OPEC dan Rusia akan bertemu membicarakan pemangkasan hasil produksi untuk mengurangi tekanan terhadap harga minyak di pasar internasional.
Isu pertemuan tersebut dilemparkan oleh Menteri Energi Rusia Alexander Novak. Pernyataan Novak menandakan kesediaan Rusia berkompromi dengan OPEC setelah sebelumnya bersikeras memproduksi minyak sebanyak mungkin.
Namun, empat perwakilan OPEC telah menyangkal rencana pertemuan antara OPEC dan Rusia dan salah satu dari mereka mengatakan Arab Saudi tidak memiliki rencana memangkas produksi minyak hingga 5%.
“Pasar cenderung menahan posisi berharap ada persetujuan pemangkasan produksi. Ada juga perasaan bank sentral akan meningkatkan stimulus untuk mendorong ekonomi,” kata John Kilduff dari Again Capital di New York kepada Bloomberg.
Bank of Japan pada Jumat mengejutkan pasar dengan pengumuman rencana penerapan suku bunga acuan negatif mulai pertengahan Februari. Sebelumnya, Presiden European Central Bank Mario Draghi memberikan sinyal akan ada tambahan stimulus moneter pada Maret.