Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak sempat melonjak US$35 per barel setelah Rusia menyatakan OPEC dan negara produsen minyak lain akan bertemu untuk membahas volume produksi.
Minyak Brent sempat melonjak 8,28% ke harga US$35,84 per barel sebelum mempertipis penguatan menjadi 4,29% ke US$34,52 per barel pada pukul 04.56 WIB. WTI sempat menembus US$34,8 per barel sebelum diperdagangkan menguat 4,37% ke US$33,71 per barel.
Pemicu lonjakan harga minyak adalah pernyataan Menteri Energi Rusia Alexander Novak tentang rencana pembicaraan antara OPEC dan negara produsen minyak non-OPEC tentang volume produksi.
Novak mengatakan Arab Saudi telah mengajukan proposal untuk memangkas hingga 5% volume produksi minyak global dalam pertemuan OPEC sebelumnya. Pertemuan OPEC Selanjutkan akan digelar pada Juni.
"Tanpa pernyataan dari Arab Saudi, ini cuma gosip. Sat hal yang saya yakin, harga tidak akan bertahan di sini. Jika berita ini benar, minyak akan terus naik dan jika tidak bisa kembali ke US$26 per barel," kata Mike Wittner dari Societe Generale kepada Bloomberg.
Negara-negara produsen yang tergabung dalam OPEC saat ini memproduksi minyak melebihi kuota, khususnya Arab Saudi yang terus memompa minyak untuk mempertahankan market share menghadapi produsen shale di Amerika Serikat.
Namun, negara-negara OPEC menyangkal ada rencana pertemuan terkait produksi antara OPEC dengan negara produsen minyak lain. Empat perwakilan OPEC menyatakan tidak pernah mendengar kabar soal rencana diskusi tersebut.
Reli dalam 3 hari terakhir memangkas penurunan harga minyak sejak pergantian tahun menjadi 10%. Harga minyak sempat menyentuh level terendah sejak 2003 pada 2016 tertekan penurunan permintaan dari China dan suplai tambahan dari Iran.