Bisnis.com, JAKARTA- Sepanjang tahun berjalan ini, kinerja indeks harga saham gabungan dan nilai kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan paling tajam dibandingkan dengan indeks negara regional lainnya.
Otoritas Jasa Keuangan sudah menyiapkan sejumlah antisipasi untuk menahan laju penurunan tersebut.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) per 7 Agustus 2015 berada pada posisi 4.770,53 atau mengalami penurunan sebesar 9,01% dibandingkan dengan posisinya per 2 Januari yang berada di level 5.242,77.
Dengan posisi tersebut, penurunan IHSG terlihat paling tajam dibandingkan dengan sejumlah negara lainnya.
Misalnya, indeks Nikkei 225 Jepang, Index Shanghai China, Index Kospi Korea Selatan, Index PSEi Philipina, Index Hsi Hongkong dan Index AS30 Australia memperlihatkan pertumbuhan pada periode tersebut. Adapun, Index KLCI Malaysia turun 4%, Index SET Thailad merosot 4,48% dan Index STI Singapore anjlok 5,16%.
Sementara itu, kapitalisasi pasar saham Indonesia juga anjlok paling dalam hingga -13,68% dari US$394,18 miliar menjadi US$340,25 miliar. Disusul oleh Malaysia yang anjlok 10,86%, Singapura -8,80% dan Australia yang merosot 8,07%. Adapun, penurunan kapitalisasi pasar Index SET Thailad turun 7,52% dan Kospi Korea Selatan -0,29%.
Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK mengatakan pihaknya tidak bisa memperkirakan bagaimana kinerja IHSG hingga akhir tahun. Namun, melihat perkembangannya hingga saat ini, OJK sudah menyiapkan sejumlah antisipasi agar penurunan kinerja pasar saham tidak terlalu jauh.
“Sebenarnya ini tidak bagus karena kondisi pasar global juga, terkena juga Indonessia. Namun, kami tetap perlu melakukan gerakan-gerakan untuk mempercepat pertumbuhan indeks, kami menyusun sejumlah antisipasi untuk hal ini,” kata Nurhaida di Gedung BEI, Senin (10/8).
Misalnya, OJK akan terus berupaya meningkatkan seluruh produk pasar modal dari yang sudah ada saat ini. Selain itu, OJK juga sudah menyiapkan sejumlah stimulus yang bisa membantu menjaga pertumbuhan ekonomi sehingga akan membuat pasar modal Indonesia juga jadi lebih baik. Menurutya, stimulus yang dkeluarkan OJK merupakan pelengkap dari segala kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mendorong perekonomian.
OJK saat ini telah mengeluarkansekitar 35 kebijakan industri keuangan dalam rangka mendorong stimulus perekonomian. Adapun, untuk pasar modal ada sekitar 15 kebijakan. Dia menilai, kebijakan-kebijakan tersebut sangat diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar sesuai target. Menurutnya, OJK terus memperhatikan hal-hal atau isu-isu yang bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan juga kinerja industri keuangan di Indonesia.
“Antisipasi lewat stimulus sudah banyak itu ya, kami juga akan melalui program-program yang lain. Baik yang sudah ada, maupun sedang dalam proses,” ujar Nurhaida
Tito Sulistio, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia mengatakan BEI juga tidak bisa memprediksi bagaimana pergerakan IHSG hingga akhir tahun. Pihaknya juga masih menunggu seluruh hasil kinerja semester I keluar dahulu.
“Meski terendah, kami masih optimistis, kepercayaan masih besar, ini masalah non fundamental saja,” jelas Tito.