Bisnis.com, JAKARTA--Kondisi pasar saham yang tidak kondusif saat ini membuat nilai transaksi para broker turun dan margin transaksi ikut tertekan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sebagian besar sekuritas yang memiliki izin perantara pedagang efek mengalami penurunan nilai transaksi. Bukan hanya broker anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saja, broker lokal dan asing juga mengalami hal yang sama.
Sebut saja broker asing besar Credit Suisse Securities Indonesia yang nilai transaksinya turun pada April dan Mei. Pada Maret hingga Mei, nilai transaksi Credit Suisse tercatat Rp16,27 triliun, Rp13,65 triliun, dan Rp11,21 triliun. Begitu juga dengan CLSA Indonesia yang pada periode sama mencatatkan nilai transaksi Rp8,16 triliun, Rp9,26 triliun, dan Rp7,71 triliun.
Nilai transaksi perdagangan saham PT Danareksa Sekuritas sejak Maret hingga Mei juga menurun dari perolehan Rp7,48 triliun (Maret), Rp5,66 triliun (April) dan Rp4,20 triliun (Mei). Begitu juga dengan PT Mandiri Sekuritas yang mencatat total nilai transaksi pada Mei sekitar Rp8,40 triliun. Adapun, pada Maret dan April, total nilai transaksi perseroan tercatat masing-masing Rp12,08 triliun dan Rp11,53 triliun.
PT BNI Securities juga mengalami hal serupa, total nilai transaksi perdagangannya secara berturut-turut tiga bulan terakhir adalah Rp4,08 triliun (Maret), Rp3,55 triliun (April), dan Rp3,30 triliun (Mei). Sementara, total nilai transaksi PT Bahana Securities pada tiga periode yang sama berturut-turut adalah Rp7,11 triliun, Rp6,64 triliun, dan Rp6,16 triliun.
Handrata Sadeli, Presiden Direktur PT Panin Sekuritas Tbk. (PANS) mengatakan sudah sejak beberapa bulan belakangan ini nilai transaksi harian perusahaannya turun. Berdasarkan data BEI, total nilai transaksi Panin Sekuritas pada Mei hanya tercatat Rp1,97 triliun. Padahal pada bulan sebelumnya tercatat Rp4 triliun.
Menurutnya, kondisi pasar saham ini dipengaruhi juga oleh kondisi global dan perekonomian dalam negeri. Kemudian, pelemahan rupiah yang terus terjadi. Ditambah lagi menjelang puasa, biasanya nilai transaksi akan lebih rendah rendah lagi. Dia berharap, kondisi pasar saham bisa segera pulih.
“Mudah-mudahan cepat berlalu. Kami juga bingung, ini pengaruh ke margin transaksi broker, kalau semakin lama akan semakin parah,” kata Handrata kepada Bisnis.com, Senin (15/6).
Dia menilai, penurunan nilai transaksi dan margin broker yang terus tertekan bukan hanya terjadi di perusahannya, tapi juga dialami broker lain. Sepinya transaksi saham, kata Handrata, bisa dilihat dari transaksi harian di BEI yang belakangan ada di level sekitar Rp4 triliun. “Memang transaksi sepi sekali, broker-broker pada kesulitan.”
Rudy Utomo, Direktur PT Evergreen Capital mengatakan bila volume dan nilai transaksi saham di pasar saham turun, secara otomatis akan memengaruh omset broker. Adapun, di Evergreen pada Mei ini total nilai transaksi hanya tercatat Rp507,42 miliar. Padahal, bulan sebelumnya sempat mencapai Rp1,12 triliun.
Dia menilai, melihat kondisi pasar sejak awal Juni hingga saat ini, nilai transaksi berpotensi turun kembali. “Lihat saja perdagangan di BEI, sekarang pasar sepi, kalau nilai dan volume transaksi turun, margin pasti turun dan makin berisiko,” jelasnya.
Sebenarnya, kata Rudy, margin transaksi broker sudah tertekan sejak diberlakukannya kebijakan fraksi harga yang baru.
Wientoro Prasetyo, Direktur PT Lautandhana Securindo mengatakan penurunan pasar saham memang membuat transaksi sepi. “Ya memang sepi, turun banyak ya,” ujarnya.
Menurutnya, langkah pemerintah sangat ditunggu saat ini. Pasalnya, tidak ada katalis positif yang merasuki pasar saham ke depan. “Banyak janji yang sepertinya tidak direalisasikan. Program infrastruktur pemerintah juga tidak jalan, harga komoditas belum membaik, tinggal tunggu langkah pemerintah untuk meningkatkan perekonomian,” tegasnya.