Bisnis.com, JAKARTA--Meski diwarnai aksi jual bersih investor, pergerakan indeks harga saham gabungan sepanjang pekan ini masih positif seiring mulai rebound-nya pasar saham dan dinaikkannya credit rating outlook Indonesia oleh lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P).
Hari ini, investor asing di pasar saham Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali mencetak net sell setelah aksi beli investor asing terjadi di hari sebelumnya. Investor asing menarik sekitar Rp516,56 miliar dari pasar saham Indonesia dengan volume penjualan bersih sebanyak 397,45 juta lembar saham pada perdagangan kemarin.
BEI kembali ke tren net sell yang kemarin sempat terhenti setelah investor asing membukukan pembelian bersih Rp323,04 miliar dan mengakhiri tren net sell 10 hari dengan nilai kumulatif melebihi Rp3,26 triliun.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup naik tipis 0,04% ke level 5.315,15 dan mengakhiri pekan ini tanpa satu hari pun penutupan di zona merah. Sepanjang pekan, IHSG mencatatkan kenaikan 1,68% dan bergerak pada kisaran 5.218,35—5.335,44.
Hans Kwee, Vice President PT Quant Kapital Investama mengatakan aksi net sell yang dilakukan investor asing pada perdagangan pekan ini disebabkan oleh aksi profit taking di saham perbankan. Selain itu, investor juga masih re-balancing portofolio seiring rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat.
“Malam ini ada speech dari Janet Yellen, investor menunggu. Ada kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga pada Juni ini, tapi meraka akan menaikkan di semester II,” kata Hans kepada Bisnis.com, Jumat (22/5/2015).
Adapun, masih positifnya pergerakan IHSG ditengah terjadinya aksi net sell sepanjang pekan ini, Hans mengatakan ini dipengaruhi oleh dinaikkannya credit rating outlook Indonesia oleh lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) dari stabil menjadi positif serta menegaskan peringkat Indonesia di posisi BB+ .
“Itu cukup memberikan kontribusi. Selain itu, bursa saham Indonesia juga sudah turun banyak beberapa waktu lalu itu, sekarang sudah mulai rebound, kembali keseimbangannya,” jelas Hans.
Selain itu, data-data ekonomi AS yang keluar awal pekan juga tidak begitu memuaskan yang pada akhirnya bisa membuat The Fed menunda kembali menaikkan suku bunga acuannya.
“Indonesia sendiri positif setelah neraca perdagangan kembali surplus. Tekanan terhadap rupiah sedikit mengendur karena dollar AS juga sedikit melemah.”
Dia memprediksi, IHSG pada pekan depan akan bergerak positif sebagai imbas dari dinaikkannya outlook dan peringkat Indonesia oleh S&P.
“Biasanya, kalau sudah dinaikkan seperti itu, dalam waktu paling lama 12 bulan outlook dan peringkat bisa kembali naik lagi menjadi investment grade. Inflow dana asing akan lebih besar ke Indonesia,” tambahnya.