Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Pembangunan Pabrik Sagu Austindo Bertambah

PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) melakukan penambahan investasi terhadap pembangunan pabrik sagu perseroan di Papua Barat yang sebelumnya digadang mencapai Rp147,8 miliar.
Bahan baku sagu/JIBI
Bahan baku sagu/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA — PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) melakukan penambahan investasi terhadap pembangunan pabrik sagu perseroan di Papua Barat yang sebelumnya digadang  mencapai Rp147,8 miliar.

Direktur Austindo Nusantara, Achmad Hadi Fauzan mengatakan, penambahan investasi salah satunya untuk meningkatkan performa kerja pabrik. Namun, sayangnya Achmad belum bisa membeberkan jumlah tambahan investasi tersebut.

“Yang jelas target operasinya sekitar kuartal IV 2014,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (13/5).

Selain itu, lanjut Achmad, tambahan investasi tersebut juga bertujuan untuk menambah kapasitas pembangkit listrik (power plant) yang bertenaga uap dengan bahan bakar biomasa. Adapun, power plant milik ANJT diketahui bernaung di bawah PT Austindo Aufwind New Energy (AANE)

Sekedar informasi, AANE adalah produsen listrik pertama di Indonesia yang mengoperasikan pabrik biogas sekaligus menjual listrik secara komersial. Pembangkit listrik dengan kapasitas 1,2 megawatt ini mulai beroperasi secara komersial dan sudah menjual listrik kepada Perusahaan Listri Negara (PLN) sejak 31 Desember 2013.

Perjanjian pembelian tenaga listrik dengan PLN berlaku selama 15 tahun dengan harga Rp975/kwh dan dapat disesuaikan dengan harga listrik standar yang diumumkan PLN. Adapun, pada kuartal I 2014, AANE sudah mulai membukukan pendapatan konsesi jasa sebesar US$158.343.

Sementara itu dari sisi penjualan tepung sagu, kelak pabrik tersebut ditargetkan mampu memproduksi 2.500 ton tepung sagu per bulan. Adapun, luas kebun sagu di Papua Barat tersebut mencapai 40.000 hektare.

“Kalau untuk harga sagu, setahu saya terakhir di kisaran Rp4.800 hingga Rp5.300 per kilogram,” beber Hadi.

Dijelaskan, proses pembuatan tepung sagu berasal dari pohon sagu yang dipanen dengan menggunakan mesin gergaji untuk menebang pohon sagu dan kemudian dilakukan pemotongan hingga potongan yang lebih kecil.

Potongan-potongan batang tersebut selanjutnya akan dikirim ke pabrik untuk pengolahan menjadi tepung basah melalui kanal-kanal yang dibangun sebagai sarana transportasi utama.

Irisan-irisan tersebut kemudian akan ditumbuk dan dididihkan sehingga pati yang terkandung pada batang tersebut dapat diperas menjadi cairan. Cairan ini akan disaring guna membuang serat kayu.

Selanjutnya cairan tersebut dimasukkan ke dalam penyaring sentrifugal kedap udara yang berputar untuk memisahkan pati dari adonan bubur, yang akan berbentuk adonan pasta. Setelah melalui proses pengeringan udara panas, akan dihasilkan tepung sagu kering.

Pengamat pangan Institut Pertanian Bogor Husein Sawit mengatakan, tepung sagu masih memiliki potensi yang cukup besar. Alasannya, tepung sagu adalah bahan pangan alternatif  di Indonesia saat ini.

“Namun, selama pengolahannya belum variatif dan sosialisasi masih minim, maka belum bisa berkembang pesat. Apalagi, saat ini banyak beras murah,” ucapnya kepada Bisnis, Kamis (15/5/2014).

Husein menilai, pemerintah melu lebih memperhatikan kebijakan diversifikasi bahan pangan. Pasalnya, hal tersebut baik bagi pemenuhan gizi nasional serta industri bahan pangan itu sendiri. “Kasihan industrinya, apalagi kalau cost pabriknya besar,” tukas Husein.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Giras Pasopati

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper