Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI: Waspadai Risiko Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Bank Indonesia mengingatkan industri perbankan untuk mewaspadai risiko pelemahan nilai tukar dalam menyalurkan kredit dalam bentuk valuta asing (valas).
 Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia mengingatkan industri perbankan untuk mewaspadai risiko pelemahan nilai tukar dalam menyalurkan kredit dalam bentuk valuta asing (valas).

Gubernur Bank Indonesia Agus D. W. Martowardojo menuturkan industri perbankan harus memperhatikan kondisi nasabah bila hendak menyalurkan kredit valas. Menurutnya, ada debitur yang meminjam ke bank dalam bentuk valas, tetapi berpenghasilan rupiah dan hal tersebut sangat berisiko dalam pembayaran.

"Selain melakukan pengawasan terhadap bank. Para bankir meski mengawasi nasabah, karena banyak nasabah yang berada di posisi open," ungkapnya seperti dilaporkan Harian Bisnis Indonesia, Senin (3/3/2014).

Agus mengungkapkan, bila kalangan perbankan kurang memperhatikan kondisi dan pendapatan nasabahnya, hal tersebut dikhawatirkan akan memberikan risiko pada bank yang bersangkutan.

Adapun total kredit valas yang diberikan industri perbankan hingga Desember 2013 mencapai Rp572,37 triliun, tumbuh 34,09% dari posisi Rp426,84 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun dalam bentuk valas hingga akhir tahun lalu mencapai Rp638,81 triliun, tumbuh 36,6% dari posisi Rp467,66 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk. Gatot M. Suwondo menuturkan total kredit yang disalurkan sepanjang 2013 mencapai Rp250,63 triliun, sedangkan 15% diantaranya dalam bentuk valuta asing.

Gatot mengungkapkan porsi kredit valas tahun lalu dari 2012 tampak lebih tinggi. Bila dibandingkan, pada 2012, BNI telah menyalurkan kredit senilai Rp200,74 triliun, dengan 13% dalam valas.

Pekan ini, pergerakan rupiah bakal diuji oleh sejumlah rilis data, baik dari dalam maupun luar negeri. Analis memprediksi rupiah akan bergerak pada kisaran Rp11.420—Rp11.720 per dolar Amerika Serikat.

Klemens Kolumban Lam, analis valuta asing dari PT Overseas Commercial Futures mengatakan data eksternal, terutama dari AS, masih cukup dominan membayangi pergerakan mata uang Garuda.
Menurutnya, mengawali minggu ini pengaruh rilis data produk domestik bruto (PDB) AS  kuartal IV/2014 bisa menjadi salah satu penggerak utama rupiah.

“Pekan depan GDP dan mungkin nanti nonfarm payorlls. Data dalam negeri efeknya sebelumnya nggak sebesar data-data yang keluar dari US,” katanya saat dihubungi Bisnis akhir pekan lalu.

Kepala Riset dan Analis PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai rupiah masih berpotensi menguat. Sepanjang bulan lalu rupiah mencatatkan kenaikan 5,2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Nurbaiti
Sumber : Bisnis Indonesia (3/3/2014)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper