Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham China Jatuh, Indeks Properti ke Level Terendah Sejak 2012

Saham China turun untuk hari kelima, terseret penurunanan indeks indeks perusahaan properti ke level terendah sejak November 2012. Yuan melemah untuk hari ketujuh.
Ada kecenderungan turun /bisnis.com
Ada kecenderungan turun /bisnis.com

Bisnis.com, SHANGHAI - Saham China turun untuk hari kelima, terseret penurunanan indeks indeks perusahaan properti ke level terendah sejak November 2012. Yuan melemah untuk hari ketujuh.

Gemdale Corp turun 1% untuk memimpin penurunan untuk perusahaan properti. Perusahaan film Huayi Brothers Media Corp jatuh 8,5% sejalan dengan ukuran saham perusahaan kecil membukukan kerugian tajam dalam 2 hari dalam lebih dari 2 bulan.

Acuan perusahaan teknologi dan kesehatan perusahaan, di antara para pemain terbaik tahun ini, mengalami kerosotan paling parah di antara kelompok industri lain.

Shanghai Composite Index (SHCOMP) turun 0,7% menjadi 2.020,56 pada pukul 09:53 waktu setempat. Pasar perumahan yang lemah dapat mengikis permintaan terhadap beragam produk, seperti peralatan listrik hingga mobil, sementara itu penurunan yuan mengancam kenaikan biaya bagi importir dan memperlambat ekonomi terbesar kedua di dunia.

"Ada kecenderungan turun," kata Du Liang, analis dari Shanxi Securities Co. "Dengan depresiasi yuan dan saham pengembang jatuh, investor takut gelembung properti bisa meledak dan saham akan jatuh."

Indeks CSI 300 turun 0,4%. Indeks Hang Seng China Enterprises kehilangan 0,3%. Indeks Bloomberg China-US Equity turun 1,5% kemarin.

Empat hari turun tidak cukup untuk meyakinkan investor, seperti Prudential Financial Inc hingga RidgeWorth Capital Management bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk membeli.

"Kami telah mengatakan sangat berhati-hati dalam mengambil keuntungan dari valuasi yang lebih lemah, karena valuasi bisa menjadi lemah," kata Quincy Krosby, ahli strategi pasar untuk Prudential Financial yang berbasis di Newark, New Jersey, yang mengawasi aset lebih dari US$1 triliun, kemarin.

"Kami juga ingin mendengar apa rencana pemerintah, apapun yang ditargetkan stimulus, dan kami juga mengawasi mata uang."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul-nonaktif
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper