Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

3 Proyek Dibiayai SBSN Rp1,57 Triliun

Pemerintah menyebutkan pembiayaan proyek melalui penerbitan surat berharga syariah negara (SBSN) sebanyak tiga proyek senilai Rp1,57 triliun naik 101,85% dari realisasi tahun lalu Rp777,8 miliar.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah menyebutkan pembiayaan proyek melalui penerbitan surat berharga syariah negara (SBSN) sebanyak tiga proyek senilai Rp1,57 triliun naik 101,85% dari realisasi tahun lalu Rp777,8 miliar.

Tiga proyek tersebut a.l. pertama pembangunan jalur ganda kereta api lintas Cirebon-Kroya Segmen II. Rencananya, surat utang berbasis proyek tersebut akan menyumbang Rp745 miliar terhadap proyek rel melalui Kementerian Perhubungan.

Kedua, proyek perbaikan asrama haji, dan peningkatan sarana prasarana embarkasi haji oleh Kementerian Agama, senilai Rp200 miliar. Ketiga, untuk pembangunan double-double track kereta api lintas Manggarai-Bekasi sebesar Rp625 miliar.

Dirjen Pengelolaan Utang Robert Pakpahan mengaku total pengajuan pembiayaan sukuk negara untk proyek mencapai 20 proposal. Kendati demikian, pemerintah hanya sanggup menerima proposal sebanyak tiga proyek.

“Kami belum sanggup saat ini. Kalau semua diterima, takutnya defisitnya [APBN] tambah lebar. Oleh karena itu disaring dan dipilih oleh Bappenas terlebih dahulu. Proyek yang sesuai dengan rencana pemerintah jangka menengah diutamakan,” katanya, Rabu (5/2).

Menurutnya, penerbitan sukuk negara masih prospektif pada tahun ini. Dia optimistis sukuk negara yang diterbitkan dapat diserap seluruhnya. Apalagi, likuiditas dunia terutama dari domestik masih sangat banyak.

Dia menjelaskan faktor eksternal dan internal seperti inflasi, tingkat bunga AS dan China tetap harus diperhatikan. Menurutnya, peran investor asing bagi sukuk negara cukup besar porsinya, meskipun masih didominasi investor domestik.

“Sukuk negara itu kan dipengaruhi oleh likuiditas domestik. Tetapi, pengaruh asing itu kan masih ada. Kalau asing tidak beli SBSN pasti kurang juga penyerapannya. Kami pikir likuiditas dunia masih banyak, paling harus bayar lebih mahal,” tuturnya.

Dia mengatakan imbal hasil untuk sukuk negara belum ditetapkan. Menurutnya, besaran tarif tergantung kondisi likuiditas dunia, perkembangan ekonomi dan sektor keuangan. Adapun, sukuk negara itu akan diterbitkan pada semester II/2014.

Sekadar informasi, pemerintah menargetkan sukuk negara tahun ini mencapai Rp60,37 triliun, atau 16,7% dari target penerbitan surat berharga negara (SBN). Sukuk negara diproyeksikan diserap domestik hingga 80%, sementara 20% sisanya oleh investor asing.

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Destry Damayanti menyambut positif langkah pemerintah menggalakkan pendanaan untuk membiayai proyek atau infrastruktur. Menurutnya, proyek infrastruktur seringkali terkendala dana.

“Buat saya ini terobosan. Selama ini proyek-proyek infrastruktur hanya melalui pembiayaan yang konvensional, seperti dana pinjaman bank dan lain sebagainya. Padahal itu tidak cukup mengingat nilai proyek infrastruktur itu besar sekali,” katanya.

Destry menuturkan selama ini Indonesia memang belum terlalu aktif menggunakan surat utang untuk membiayai proyek infrastruktur. Dia berharap langkah pemerintah ini bisa ditiru oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun BUMN.

Dia juga memperkirakan imbal hasil sukuk negara berbasis proyek itu akan premium. Hal itu disebabkan instrumen masih tergolong baru, sehingga likuiditas belum begitu banyak. Oleh karena itu, imbal hasil pasti akan tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper