Bisnis.com, JAKARTA—Perusahaan perkebunan di Riau yang tercatat di bursa efek Singapura, First Resources Limited, mengakuisisi 100% saham PT Borneo Damai Lestari Raya (BDLR) senilai Rp1 miliar atau sekitar US$0,1 juta.
First Resources mengakuisisi PT Borneo Damai Lestari Raya melalui anak usaha tidak langsungnya (indirect subsidiaries), yakni PT Kalimantan Green Persada dan PT Borneo Damai Lestari.
Hal itu terungkap dalam keterangan resmi perseroan yang diakses Bisnis, Jumat (3/1/2014). Keterangan itu ditulis oleh Sekretaris Perusahaan First Resources Cheng Soon Keong.
PT Borneo Damai Lestari Raya adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan memiliki izin lokasi terkait lahan (land bank) di Kalimantan Timur.
“Tujuan akuisisi ini adalah demi meningkatkan land bank perusahaan untuk pengembangan kebun karet baru,” tulis Cheng Soon Keong seperti dikutip, Jumat (3/1/2014).
Sumber pendanaan untuk akuisisi ini berasal dari internal perusahaan dan dibayarkan secara tunai. Setelah akuisisi ini, PT Borneo Damai Lestari Raya kini menjadi anak usaha tidak langsung perseroan.
First Resources berdiri sejak 1992 dan mencatatkan diri di bursa efek Singapura pada 2007. Berdasarkan data presentasi perseroan, per 30 September 2013 perseroan mengelola lahan sawit seluas 165.876 hektare.
Secara terpisah, berdasarkan laporan tahunan 2012, lahan sawit perseroan seluas 146.403 ha. Artinya, selama 9 bulan pertama 2013, lahan sawit sudah bertambah 19.473 ha.
Pada 2012, lahan sawit yang seluruhnya berada di Indonesia itu paling banyak berada di Riau seluas 108.168 ha atau lebih dari 70%. Sisanya berada di Kalimantan Barat 34.492 ha dan Kalimantan Timur 3.743 ha.
Selain mengelola lahan sawit, First Resources juga mengoperasikan 11 pabrik kelapa sawit (palm oil mills) di Indonesia. Perseroan juga berharap bisa segera mengoperasikan kompleks pengolahan terpadu yang ada di Bangsal Aceh, Kota Dumai, Riau.
Adapun First Resources Limited membukukan penjualan sepanjang 9 bulan pertama 2013 sebesar US$447,4 juta, turun 4,7% dari periode yang sama 2012 sebesar US$469,3 juta.
Sejalan dengan turunnya pendapatan, perolehan EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) juga turun 1,5% dari US$246,3 juta menjadi US$242,6 juta. Laba bersih juga turun 6,9% dari US$164 juta menjadi US$152,7 juta.