Bisnis.com, JAKARTA - Anak usaha PT MNC Sky Vision Tbk, Aerospace Satellite Corporation Holding B.V, akhirnya merealisasikan pelunasan obligasi valas senilai US$165 juta.
Langkah strategis itu mendapat tanggapan positif dari lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor (S&P) dengan menaikkan peringkat utang jangka panjang MNC Sky dari semula B+ menjadi BB- dengan prospek stabil.
Direktur Keuangan Effendi Budiman menyampaikan pembayaran kembali (refinancing) utang dilakukan pada 12 Desember 2013. Sumber dana berasal dari perolehan pinjaman sindikasi bank berjangka sebesar US$250 juta yang telah ditandatangani pada 19 November lalu.
“Aerospace Satellite telah melunasi pinjaman secara penuh obligasi US$165 juta pada 12 Desember 2013,” ujarnya dalam informasi yang dirilis pada Selasa(17/12).
Sebelumnya, perseroan memperoleh pinjaman sindikasi yang dipimpin oleh dua perbankan asing, yakni Deutsche Bank dan Standard Chartered Bank. Pinjaman valas berjangka waktu 3 tahun itu diperoleh dengan tingkat bunga LIBOR+4,25%.
Pada dasarnya, perseroan melakukan percepatan pelunasan obligasi valas yang seharusnya jatuh tempo pada 2015. Tujuannya, untuk menghemat beban bunga utang yang saat itu mencapai 12,5%.
Secara nominal, perseroan harus melunasi obligasi dengan membeli kembali surat utang pada harga obligasi 106,375% atau senilai US$175 juta.
Direktur Utama Rudy Tanoesoedibjo pernah menyampaikan dengan percepatan refinancing, perseroan akan mendapatkan penghematan biaya bunga yang signifikan sebesar US$10 juta per tahun, walaupun jumlah pinjaman lebih tinggi dibandingkan obligasi saat ini.
Nantinya, sisa dana yang ada setelah pelunasan obligasi akan digunakan untuk modal kerja dan belanja modal entitas Grup MNC tersebut.
S&P Respon Positif
Selain menaikkan peringkat utang jangka panjang MNC Sky, Standard and Poor juga menaikkan peringkat perseroan di skala regional ASEAN dari axBB menjadi axBB+.
S&P menaikkan peringkat MNC Sky sebagai cerminan membaiknya profitabilitas operasi perusahaan dan arus kas yang lebih baik, di tengah meningkatnya biaya program dan upah karyawan.
Berdasarkan asumsi dasar, rerata pendapatan per pelanggan atau average revenue per user (ARPU) tercatat Rp110.000-Rp120.000 per bulan selama 12-18 bulan ke depan. Kami memproyeksikan margin EBITDA akan mencapai 40% dan rasio pendapatan operasional terhadap utang berada di level 30%-35% pada periode yang sama.
Dari sisi profil risiko keuangan, S&P memprediksi arus kas perseroan masih cenderung negatif selama dua tahun ke depan karena tingginya belanja modal untuk mendukung pertumbuhan kinerja yang agresif.
Di sisi lain, profil bisnis MNC Sky disebut lemah, mencerminkan konsentrasi perusahaan geografis di Indonesia, kurang beragamnya bisnis perseroan dan operasi bisnis yang masih kecil.
Perseroan juga diproyeksi mengalami eksposur dari volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, mengingat hampir seluruh utang perseroan dalam bentuk valas.
MNC Sky beroperasi melalui tiga merek yaitu Indovision, Top TV, dan Okevision. Dari segi tayangan, pengelola televisi berbayar terbesar dengan 73% pangsa pasar itu memiliki jumlah saluran mencapai 118 channel dengan 29 channel eksklusif.(lvi)
Aerospace Satellite Lunasi Obligasi Valas US$165 Juta
Anak usaha PT MNC Sky Vision Tbk, Aerospace Satellite Corporation Holding B.V, akhirnya merealisasikan pelunasan obligasi valas senilai US$165 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Lavinda
Editor : Sepudin Zuhri
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
4 jam yang lalu
Harga Kakao Meroket Sepanjang 2024, Ini Pemicunya
10 jam yang lalu