Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Restrukturisasi Utang, Fajar Surya (FASW) Berencana Rights Issue

Kendati telah memperoleh pinjaman untuk pendirian pabrik barunya, PT Fajar Surya Wisesa Tbk. (FASW) tetap membuka opsi penerbitan saham baru yang sempat tertunda. Dana rights issue itu akan dipakai untuk restrukturisasi utang.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Kendati telah memperoleh pinjaman untuk pendirian pabrik barunya, PT Fajar Surya Wisesa Tbk. (FASW) tetap membuka opsi penerbitan saham baru yang sempat tertunda. Dana rights issue itu akan dipakai untuk restrukturisasi utang.

Sebelum mendapatkan pinjaman lewat sindikasi lima bank diperoleh, perseroan sempat berencana dana hasil rights issue tersebut akan dipakai untuk pendanaan pabrik baru.

Adapun, total utang perseroan tercatat Rp4,07 triliun per 30 September 2013. Dari total utang itu, utang jangka panjang mencapai Rp2,21 triliun, sedangkan utang jangka pendek Rp1,85 triliun.

Direktur Fajar Surya Hadi Rebowo Ongkowidjojo menuturkan perseroan tetap akan melanjutkan rencana penawaran umum terbatas (PUT) I dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) setelah sempat tertunda dari jadwal Juli lalu.

Menurutnya, perseroan belum memutuskan waktu pelaksanaan rencana tersebut, karena kondisi pasar saham yang masih berfluktuasi. Rencana itu akan dieksekusi saat kondisi pasar modal membaik.

“Saat ini, kami belum putuskan waktunya [rights issue] kapan, sebab pasar lagi begini [anjlok]. Mungkin awal tahun depan bisa terealisasi,” katanya seperti diberitakan Bisnis Indonesia, Rabu (11/12/2013).

Dari rights issue yang sempat direncanakan dilakukan pada pertengahan tahun ini, perseroan berharap mampu meraup dana segar maksimal Rp1,2 triliun. Dana tersebut semula akan digunakan untuk membangun pabrik kertas baru ke-8 di Jawa Timur dengan investasi sekitar US$165 juta ekuivalen dengan Rp1,97 triliun.

Setelah rencana rights issue tertunda, Fajar Surya memperoleh fasilitas kredit sindikasi dari lima bank senilai US$240 juta (Rp2,87 triliun) pada September 2013.

Dia menjelaskan pinjaman berbentuk mata uang dolar AS tersebut bertujuan memperkecil arus kas (cash flow) untuk melunasi utang mata uang yang sama, di tengah nilai tukar rupiah yang makin terpuruk belakangan ini.

Sebagai informasi, dana sebesar US$100 juta dari pinjaman itu akan digunakan untuk mendanai investasi pabrik baru ke-8, dana sekitar US$120 juta untuk refinancing sebagian pinjaman jangka panjang, dan sisanya sebesar US$20 juta akan digunakan untuk mendukung kegiatan usaha utama perseroan.

“Tadinya dana rights issue untuk bangun pabrik, nanti alokasinya akan dialihkan untuk bayar utang perseroan. Nilai PUT belum bisa ditentukan, kemungkinan tidak terlalu jauh berbeda dengan yang kemarin [Rp1,2 triliun],” tuturnya.

Hadi mengemukakan dana rights issue yang dialokasikan untuk membayar utang itu diharapkan mampu mengurangi beban utang yang harus dibayar perseroan, di tengah depresiasi rupiah.

Rights issue diharapkan dapat meningkatkan likuiditas perdagangan saham perusahaan yang dipimpin oleh Winarko Sulistyo itu. Kepemilikan saham publik pun diperkirakan meningkat menjadi 40% dari posisi saat ini 24,26%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Herdiyan
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper