Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Belum Stabil, Kebijakan Buyback Berlanjut?

Kondisi ekonomi dan pasar modal yang belum stabil membuat OJK melanjutkan aturan pembelian kembali (buyback) saham oleh emiten.

Bisnis.com, JAKARTA—Kondisi ekonomi dan pasar modal yang belum stabil membuat OJK melanjutkan aturan pembelian kembali (buyback) saham oleh emiten.

Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bi dang Pengawas Pasar Modal I Robinson Simbolon menyampaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) belum berada di level normal, bahkan lebih rendah dari level awal tahun.

“Kalau dilihat, tahun ini indeks sempat mencapai tertinggi 5.200, sekarang merosot lebih rendah dari awal tahun. Kami harapkan normal dulu, kira-kira stabil dari segi indeks,” ujarnya seusai acara Risk and Governance Summit 2013, seperti dilaporkan Harian Bisnis Indonesia, Kamis (5/12/2013).

Regulator juga mempertimbangkan sinyal kondisi ekonomi global yang masih melambat. “Kebijakan buyback baru akan dihentikan kalau kondisinya sudah membaik,” katanya.

Pada Agustus 2013, OJK mener bitkan Peraturan OJK No.2/POJK.04/2013 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik dalam Kondisi Pasar yang Berfluktuasi Secara Signifikan.

Kebijakan tersebut member ruang kemudahan bagi emiten buyback saham tanpa harus meminta persetujuan pemegang saham dalam rapat umum. Tujuannya, agar aksi itu dapat membantu menahan laju penurunan pasar saham.

Pada perdagangan kemarin, IHSG melemah 1,11% ke level 4.241,30. Transaksi yang dibukukan senilai Rp4,24 triliun, terdiri dari transaksi di pasar regular Rp3,24 triliun dan pasar negosiasi 996,38 miliar.

Adapun, rupiah bertengger di posisi Rp11.986 per dolar AS di Bloomberg Dollar Index, melemah 0,82%.

TERSANDERA STIMULUS

Ekonom PT Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih mengatakan investor terlihat mulai khawatir dengan spekulasi pengurangan stimulus moneter dari Federal Reserve (the Fed) untuk AS (tapering).

“Kelihatannya investor mulai khawatir tapering karena data AS menguat. Kayaknya kita disandera isu ini ya. Artinya ada tekanan dari eksternal di saat yang sama kondisi internal belum betu-betul solid,” kata Lana.

Pasar modal Indonesia memang sangat bergantung pada aliran dana asing yang sebelumnya banyak masuk karena stimulus AS, sehingga membuat IHSG sangat rentan terhadap isu pengurangan stimulus tersebut.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, setelah AS memulai program stimulusnya pada 2008, arus dana yang masuk ke pasar modal Indonesia meningkat.

Namun, sejak gonjang-ganjing isu pengurangan stimulus AS berembus pada pertengahan tahun ini, investor asing mulai melakukan aksi jual. Hingga kemarin, pemodal asing sudah mengambil kembali dananya sebesar Rp15,26 triliun dari pasar saham Indonesia.

Chief Economist & Director PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat, melalui surat elektronik kemarin, menyebutkan guyuran likuiditas Bank Sentral AS memicu global asset reflation mulai dari harga komoditas, emas, sa ham, obligasi pemerintah, hingga properti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Nurbaiti
Sumber : Bisnis Indonesia (5/12/2013)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper