Bisnis.com, JAKARTA—Pasar bijih besi semakin bergairah setelah penjualan ke China mengalami lonjakan, sehingga memicu analis dari Morgan Stanley hingga World Bank menaikkan prediksi harga komoditas tersebut.
Ekspor dari pelabuhan Port Hedland, Australia ke China meningkat 43% atau yang tertinggi selama bulan lalu, menurut data dari salah satu terminal ekspor bijih besi terbesar dunia itu. Negara di Asia itu mengimpor bijih besi terbanyak pada September, menurut data kepabeanan.
Sementara itu, Standard Bank Group Ltd. dan Bureau of Resources and Energy Economics, Australia juga meningkatkan prediksi harga komoditas tersebut selama beberapa pekan terakhir.
Harga mencapai level tertinggi dalam dua bulan di China pada pekan lalu setelah data menunjukkan negara itu mencatat pertumbuhan yang baik. Sementara itu, peningkatan suplai yang dipimpin oleh produsen Australia akan menjadi surplus pada tahun depan.
Surplus itu merupakan yang pertama kalinya sejak 2010, ujar Joel Crane, seorang analis pada Morgan Stanley. Bijih besi merupakan sumber pendapatan terbesar dari Rio Tinto Group, BHP Billiton Ltd. dan Vale SA selain komoditas minyak mentah.
“Permintaan lebih tinggi dari suplai dan tren itu akan berlanjut hingga tahun depan,” ujar Crane sebagaimana dikutip Bloomberg, Selasa (12/11/2013).
Dia menambahkan setelah Rio dan BHP meningkatkan permintaan dan Vale melakukan ekspansi pertamanya maka kemudian pertumbuhan suplai akan mengikuti pertumbuhan permintaan.