Bisnis.com, JAKARTA – Imbal hasil surat utang negara acuan kembali naik dalam dua hari berturut-turut di tengah aksi ambil untung para investor guna mengantisipasi penurunan harga lebih akibat keputusan the Fed mengurangi stimulus moneternya.
Menurut data PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA), imbal hasil obligasi acuan bertenor 10 tahun FR0063 ditutup pada level 8,2% atau naik 7 basis poin dari pencapaian pada hari sebelumnya 8,13%.
Adapun, imbal hasil surat utang negara bertenor 5 tahun FR0066 neik 4 basis poin dari 7,59% pada hari sebelumnya menjadi 7,63%, sedangkan untuk yang bertenor 20 tahun tidak mengalami perubahan di level 8,62%.
“Hari ini koreksi pasar secara teknikal kemungkinan disebabkan aksi profit taking [ambil untung],” ungkap Dini Agmivia, analis obligasi PT Maybank Kim Eng Securities, Rabu (18/9).
Dia menjelaskan setelah mengalami rally dalam 5 hari berturut-turut, pasar obligasi kembali terkoreksi pada Selasa (17/9) di tengah penantian kebijakan the Fed terkait pengurangan stimulus moneternya.
Pada Senin (16/9), pasar obligasi bereaksi terlalu agresif menyambut mundurnya salah satu calon pimpinan the Fed Lawrence Summers yang dianggap tidak pro stimulus, sehingga terjadi kenaikan harga obligasi yang signifikan.
Menurut data catatan Bisnis, imbal hasil obligasi acuan 10 tahun ditutup pada level 7,92% pada Senin (16/9), atau turun 29 basis poin dibandngkan dengan pencapaian pada hari sebelumnya.
“Selama rally 5 hari tersebut, obligasi domestik memberikan total return mencapai 4,9%,” paparnya.
Saat ini, para pelaku pasar, terutama investor jangka pendek, mengambil langkah ambil untung untuk mengantisipasi risiko dari pengumuman kebijakan the Fed yang berimbas kepada harga oblgasi domestik. (ra)