Bisnis.com, JAKARTA -- Kendati rebound dalam 2 hari berturut-turut, kenaikan harga obligasi dinilai masih bersifat terbatas karena pasar masih menunggu hasil keputusan the Fed terkait dengan kebijakan pengurangan stimulus moneternya.
I Made Adi Saputra, Analis Obligasi PT Nusantara Capital Securities, menjelaskan selisih return antara obligasi domestik dengan US Treasury semakin melebar karena adanya penguatan rupiah ini sehingga investor mulai kembali masuk ke pasar surat utang pemerintah.
Kondisi ini, lanjutnya, mendorong kenaikan harga surat utang negara bertenor 10 tahun sebesar 187 basis poin menjadi 82,92% pada penutupan perdagangan Jumat (13/9/2013).
“Investor masih menunggu keputusan the Fed pada Rabu depan, kalau pengurangannya [pembelian obligasi] tidak besar, maka dampaknya tidak terlalu besar bagi pasar obligasi domestik,” paparnya, Jumat (13/9/2013).
Namun, lanjutnya, jika Bank Sentral AS tersebut belum juga mengambil keputusan pada Rabu, tingkat volatilitas pasar obligasi nasional diyakini kembali meningkat.
Dia menilai sejauh ini langkah yang diambil pemerintah untuk menyelamatkan pasar modal dan nilai tukar rupiah mulai memperlihatkan hasil walaupun dampak dari dirilisnya paket kebijakan ekonomi belum terlihat dan masih harus menunggu.