Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah menawarkan sukuk global senilai US$1,5 miliar dengan tenor 5,5 tahun dengan kupon di kisaran 6,375% untuk meningkatkan cadangan valas sekaligus menolong pelemahan rupiah yang terjadi saat ini.
Dahlan Siamat, Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan, menuturkan dengan kondisi pasar saat ini, investor cenderung meminta sukuk bertenor pendek.
“Pemerintah mempertimbangkan cost-nya. Kalau jangka panjang relatif lebih tinggi. Oleh karena itu pemerintah mengambil tenor yang disebut long-five tenor, enggak lima, enggak enam tahun,” ujarnya saat dihubungi Bisnis hari ini, Selasa (10/9/2013).
Dia menjelaskan pemerintah sebenarnya tentu lebih memilih untuk menerbitkan sukuk bertenor panjang. Namun, dengan kondisi pasar saat ini, meskipun masih baik, tenor panjang tentunya akan meningkatkan biaya penerbitan.
Sukuk global tersebut akan ditawarkan pada kupon berkisar 6,375%, atau yang tertinggi sejak 2009 yakni ketika pemerintah memberikan kupon 8,8% pada penawaran sukuk global perdana.
“Ya itu sebenarnya [kupon] penawaran yang masuk. Ya, ada di kisaran itu,” ungkapnya.
Seperti dilansir Bloomberg, Selasa (10/9), pemerintah terakhir kali menawarkan sukuk berdenominasi dolar Amerika Serikat pada November tahun lalu senilai US$1 miliar dengan tenor 10 tahun dan imbal hasil 3,3%.
Sebagai informasi, pemerintah telah menunjuk Deutsche Bank AG, Standard Chartered Plc dan Citigroup Inc sebagai joint lead managers yang menangani proses penerbitan sukuk berdenominasi valas tersebut.