Bisnis.com, JAKARTA – Keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 7% justru mendorong rally di pasar skunder yang ditandai naiknya harga obligasi pemerintah acuan bertenor 10 tahun sebesar 69 basis poin.
Data PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA) memperlihatkan imbal hasil surat utang acuan pemerintah bertenor 10 tahun turun 12 basis poin menjadi 8,64% di harga 80,4091% pada penutupan perdagangan Kamis (29/8/2013).
Penguatan harga juga terjadi pada dua seri obligasi pemerintah acuan lainnya bertenor 5 tahun dan 15 tahun yang ditutup pada harga masing-masing di level 84,49% dan 76,9884% serta pada imbal hasil 7,96% dan 8,97%.
Kendati demikian, imbal hasil obligasi acuan bertenor panjang 20 tahun FR0065 masih melanjutkan tren kenaikan sebesar 6 basis poin ke level 9,10% jika dibandingkan dengan pencapaian pada hari sebelumnya 9,04%.
Lana Soelistianingsih, Ekonom PT Samuel Sekuritas, menuturkan anomali pasar obligasi kemarin merupakan efek psikologis bagi investor bahwa kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dapat memicu penguatan rupiah.
“Ini lebih kepada efek psikologis, kenaikan BI rate setidaknya dapat mengurangi tekanan pada rupiah,” ungkapnya, Kamis (29/8).
Dengan adanya ekspektasi rupiah dapat menguat, tekanan currency loss di kalangan investor asing akan semakin berkurang. Selain itu, lanjutnya, kondisi ini juga dapat mengurangi kekhawatiran keluarnya modal asing dari pasar obligasi.
Namun, Lana mengingatkan rebound di pasar obligasi ini hanya sementara karena kemungkinan besar imbal hasil obligasi pemerintah dapat kembali bergerak naik hingga pemerintah mengumumkan inflasi Agustus.
“Jadi dengan kenaikan BI Rate ini kekhawatiran di pasar sedikit mereda, asing masih bisa masuk lagi,” paparnya.
Handy Yunianto, Head od Debt Research PT Mandiri Sekuritas, dalam risetnya menuturkan saat ini investor lokal masih mendominasi pembelian obligasi negara, sementar investor asing masih bertahan.
Menurut data Direktorat Jendral Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, kepemilikan asing di surat berharga yang diperdangkan per 28 Agustus 2013 mencapai Rp284,75 triliun, atau 31,3% dari total kepemilikan seluruhnya.
“Tidak terjadi foreign outflow yang signifikan karena adanya pembelian SUN oleh foreign central banks,” ungkapnya.
Bank lokal masih terus menambah portfolionya. Tercatat, kepemilikan bank domestik naik 11,46% menjadi Rp325,41 triliun per 28 Agustus 2013 jika dibandingkan dengan realisasi pada akhir Juli yakni senilai Rp291,93 triliun.
Dia menuturkan peran investor domestik dengan menambah kepemilikannya di obligasi pemerintah mampu menahan imbal hasil naik lebih tinggi di tengah volatilitas pasar yang semakin meningkat.