Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan masih berada di atas Rp10.000 bahkan sejumlah analis mengatakan rupiah berpotensi tembus Rp10.500 per dolar AS.
Analis PT Megagrowth Futures Wahyu Laksono mengatakan pelemahan rupiah tersebut terjadi seiring data makroekonomi Indonesia yang tidak bagus saat ini, sementara itu data ekonomi AS mulai menunjukkan pemulihan.
Terkait strategi investasi, dia menilai pilihan investasi terbaik saat ini adalah dolar AS dan saham. Menurut dia, komposisi investasi yang bisa dipilih saat ini adalah saham dan dolar AS 60%, sementara rupiah dan emas masing-masing 20%.
“Rupiah dan emas saat ini kan kondisinya masih terus berfluktuasi cenderung tertekan. Adapun saham sedang bagus. dolar AS juga potensinya terus menguat, jadi lebih baik koleksi dolar AS lebih banyak dibandingkan dengan rupiah,” ungkapnya saat dihubungi Bisnis, Senin (5/8/2013).
Pergerakan rupiah, lanjut dia, juga tidak terlepas dari kondisi makroekonomi global. Seperti diketahui, The Federal Reserve kemungkinan akan mulai memangkas pemberian stimulus pada September 2013. “Jika hal itu benar terealisasi, peluang rupiah tembus Rp10.500 sangat terbuka lebar,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra. Pelemahan rupiah bisa terus terjadi bahkan bisa tembus Rp10.500 per dolar AS jika Bank Indonesia masih belum melakukan tindakan untuk mengantisipasi hal tersebut.
Menurutnya, salah satu yang dapat dilakukan BI adalah menaikkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) untuk menghadapi tingginya inflasi serta mengendalikan nilai tukar.
“Pada 15 Agustus 2013, BI akan melakukan rapat dewan gubernur (RDG) untuk membahas soal moneter. Jika BI masih tidak bertindak, maka rupiah bisa tembus Rp10.500 per dolar AS,” jelasnya.