Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Obligasi:Rp286,27 Triliun Dikuasai Investor Asing

Bisnis.com, JAKARTA – Meskipun masih menunggu kepastian dirilisnya data inflasi pada awal Agustus, investor asing mulai masuk kembali ke pasar surat utang negara yang ditandai meningkatnya volume kepemilikan menjadi Rp286,27 triliun per 24 Juli

Bisnis.com, JAKARTA – Meskipun masih menunggu kepastian dirilisnya data inflasi pada awal Agustus, investor asing mulai masuk kembali ke pasar surat utang negara yang ditandai meningkatnya volume kepemilikan menjadi Rp286,27 triliun per 24 Juli 2013.

Data Direktorat Jendral Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan memperlihatkan masuknya modal asing sejak Juni hingga Rabu (24/7/2013) mencapai Rp3,7 triliun, atau mencapai Rp16,2 triliun jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Amir Dalimunthe, Debt Research Analyst PT Danareksa Sekuritas, menuturkan sejak awal Juli investor asing sudah mulai kembali masuk ke pasar obligasi negara, tetapi secara volume masih kecil karena menunggu kepastian data inflasi Juli.

“Pada lelang obligasi pemerintah sebelumnya juga investor asing mulai masuk. Namun, karena rupiah sedang volatile, masih banyak yang merasa berat juga untuk masuk,” ujarnya, Minggu (28/7/2013).

Destry Damayanti, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (Persero) (BMRI), menuturkan selama sepekan lalu rupiah anjlok 2,1%. Menurut data Bank Indonesia, kurs tengah rupiah ditutup pada level Rp10.265 per dollar Amerika Serikat pada Jumat (26/7/2013).

Volatilitas rupiah yang terjadi selama sepekan lalu berdampak pada pasar obligasi yang terus terkoreksi. Data PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA) memperlihatkan yield obligasi pemerintah acuan bertenor 10 tahun ditutup pada akhir pekan lalu di level 7,86%.

Padahal, pasar sempat rebound pada awal pekan lalu yakni ketika yield surat utang pemerintah acuan tersebut sempat menyentuh level 6,9% pada penutupan perdagangan Selasa (23/7), atau melorot 84 basis poin dari 7,74% pada hari sebelumnya.

“Memang volatilitas rupiah ini cukup mengkhawatirkan. Kenaikan yield juga disebabkan sentimen menjelang lelang obligasi pemerintah yang sudah menjadi pattern [pola] dalam beberapa waktu terakhir,” kata Amir.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper