BISNIS.COM, JAKARTA—PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) berencana menerbitkan global bond pada kuartal III tahun ini untuk keperluan pendanaan kembali (refinancing) obligasi yang diterbitkan 2010 lalu sekitar US$450 juta.
Direktur Utama Berau Coal Energy Eko Santoso Budianto mengatakan RUPS yang digelar Sabtu (29/6/2013) sudah menyetujui refinancing obligasi tersebut, meski realisasinya tetap perlu melihat kondisi pasar terlebih dahulu.
“Bulan Juli nanti kami punya opsi untuk call the bond,” ujarnya di sela-sela paparan publik usai menggelar RUPS Tahunan, Sabtu (29/6/2013).
Namun menurut Eko, pasar saat ini agak sedikit negatif yang ditunjukkan oleh pelemahan rupiah serta investor asing yang banyak menjual sahamnya di Indonesia. Padahal, investor asing-lah yang menjadi sasaran refinancing perseroan.
“Pihak asing yang menjadi sasaran refinancing kami ini mungkin merasa Indonesia risikonya sedikit naik. Tapi mungkin dengan adanya keputusan soal BBM, bisa memberikan kepastian kepada semua kreditur bahwa Indonesia akirnya bersikap rasional dan tepat untuk menyelamatkan perekonomian ke depan,” ujarnya.
Direktur Berau Coal Energy Scott Merrillees menambahkan sejak pasar melemah, suku bunga jadi naik. Tapi dia memperkirakan pada September/Oktober mendatang pasar sudah kembali stabil sehingga suku bunga akan turun lagi.
“Kami menargetkan suku bunga untuk refinancing sekitar 7%—7,5%, lebih rendah dari obligasi 2010 yang bunganya 12,5%. Sedangkan tahun lalu kami dapat suku bunga 7,25% untuk penerbitan obligasi yang US$500 juta,” ujar Scott.
Setelah laporan keuangan Berau tahun buku 2012 dirilis, Scott mengatakan S&P memberikan rating yang sama untuk Berau, yakni BB-, sedangkan Moody’s tetap memberikan rating B1. Artinya, temuan pencatatan kerugian sebesar US$201 juta tidak berdampak pada rating obligasi perseroan.
Adapun terkait proses pemisahan antara Bumi Plc (pemilik 84,7% saham Berau) dengan Grup Bakrie dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Scott mengatakan prosesnya masih berlanjut.
Sebelumnya, Direktur NonEksekutif Bumi Plc Alexander Ramlie mengatakan uang tunai sebesar US$278 juta yang akan dibayarkan Grup Bakrie ke Bumi Plc untuk menebus Bumi Resources itu sedang dikaji penggunaannya, apakah untuk mendukung rencana ekspansi, membayar utang Berau, atau untuk membagikan dividen.
“Kalau cash itu masuk ke Bumi Plc, wajar kalau uang itu dipakai untuk membantu Berau karena Berau menjadi satu-satunya aktiva Bumi Plc. Tapi apakah akan digunakan untuk refinancing atau bantu capex, belum tahu, tapi semuanya dipelajari,” jelas Scott.