Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat menyentuh level tertinggi sejak 2015 seiring menyusutnya cadangan minyak, bensin, dan solar AS, yang mengisyaratkan pengetatan pasokan global.
Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni ditutup menguat 0,25% atau ke level US$71,49 per barel di New York Mercantile Exchange. Pada perdagangan pagi ini, Kamis (17/5/2018), minyak WTI dibuka menguat 0,10% ke US$71,56 per barel.\
Harga WTI saat ini menjadi level tertinggi sejak perdagangan 2015. Sementara itu pada 2014, harga minyak WTI sempat menyentuh US$89,6 per barel, dan menurun ke level US$70-an per barel pada Desember.
Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman ditutup menguat 0,85 poin ke posisi US$79,28 di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Minyak mentah patokan global ini diperdagangkan dengan spread US$7,72 dibanding WTI kontrak Juli.
Dilansir Bloomberg, perkiraan International Energy Agency (IEA) menunjukkan adanya rekor permintaan luar negeri untuk minyak mentah AS, dan menurunnya stok minyak serta bahan bakar domestik.
"Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah kita akan melihat pasar yang sangat ketat selama musim panas ketika musim mengemudi sedang berlangsung di Amerika Utara,” kata Michael Lynch, president Strategic Energy and Economic Research di Winchester, Massachusetts, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (17/5/2018).
Minyak mentah bulan ini naik ke level tertinggi dalam tiga tahun terakhir karena pasar global semakin ketat dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkatkan kekhawatiran pasokan. Meski ada lonjakan produksi minyak mentah AS, cadangan yang disimpan di terminal dan tanker telah menyusut.
"Satu minggu penurunan cadangan tentu positif untuk harga saat ini. Berlanjutnya penurunan mencerminkan pasar yang cukup ketat," kata Matthew Beck, managing director di John Hancock Financial Services Inc di Boston.
Energy Information Administration menyatakan stok minyak mentah turun 1,4 juta barel pekan lalu. Pada saat yang sama, cadangan bensin menyusut 3,79 juta, sedangkan bahan bakan diesel menyusut 92.000 barel. Adapun angka ekspor yang mencapai 689.000 barel per hari berkontribusi dalam penurunan cadangan minyak mentah.
Selain menurunkan prospek permintaan, IEA yang berbasis di Paris mengatakan produksi di luar OPEC akan tumbuh 1,87 juta barel per hari tahun ini, atau 85.000 per hari, melebihi perkiraan sebelumnya.