Bisnis.com, JAKARTA — PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dan Grab Holdings Limited, duo raksasa emiten teknologi, saling adu ketat dalam menunjukkan dominasi performanya di Asia Tenggara.
Berdasarkan pantauan laporan keuangan hingga semester II/2025, keduanya mampu menunjukkan kinerja yang positif.
GOTO tercatat mencetak pertumbuhan kinerja 23% secara quarter on quarter (qoq) pada kuartal II/2025. Pendapatan GOTO selama kuartal II/2025 mampu mencapai Rp4,32 triliun, tumbuh dari kuartal II/2024 yang sebesar Rp3,6 triliun.
Dari sisi EBITDA yang disesuaikan, perusahaan hasil merger Gojek dan Tokopedia sejak 2021 ini meraih Rp427 miliar pada kuartal II/2025, meningkat dari negatif Rp85 miliar kuartal II/2024.
Adapun EBITDA yang disesuaikan sebesar Rp427 miliar ini merupakan EBITDA yang disesuaikan tertinggi yang dicetak GOTO.
Direktur Utama GOTO Patrick Walujo mengatakan pada kuartal II/2025 ini GOTO mencetak rekor baru, seiring dengan GTV inti, pendapatan bersih, EBITDA, dan EBITDA yang disesuaikan semuanya mencapai rekor tertinggi baru.
Baca Juga
“Kami tetap berada di jalur yang tepat untuk mencapai pedoman kinerja kami sejalan dengan upaya kami untuk menciptakan bisnis teknologi yang berkelanjutan, berfokus pada pelanggan yang mendukung kehidupan jutaan mitra pengemudi dan mitra usaha di seluruh Indonesia,” kata Patrick.
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama GOTO Catherine Hindra Sutjahyo menjelaskan GOTO telah mencapai peningkatan adjusted EBITDA atau EBITDA yang disesuaikan selama lima kuartal berturut-turut, dengan grup EBITDA positif selama tiga kuartal.
“Untuk menghubungkan ke laba bersih, pos utama yang membedakan antara EBITDA kami dan laba bersih adalah porsi hasil dari Tokopedia,” kata Catherine dalam conference call GOTO, Rabu (13/8/2025).
Catherine menjelaskan hasil pendapatan GOTO dari Tokopedia merupakan pos non-tunai dan tidak mencerminkan kinerja operasional inti perseroan. Hal ini yang menjadi selisih antara EBITDA dan laba bersih GOTO.
Faktor lainnya menurut Catherine adalah kompensasi saham yang merupakan pos non-tunai. Perbedaan ini menurutnya menjelaskan selisih antara EBITDA dan adjusted EBITDA.
“Dengan demikian, pencapaian laba bersih sudah jelas terlihat dalam jangkauan kami,” ucap Catherine.
Kendati demikian, Grup GOTO masih mencatatkan total akumulasi rugi sebesar Rp214,72 triliun. Pada 31 Desember 2024, GOTO mencatat total akumulasi rugi senilai Rp214,11 triliun.
Manajemen GOTO mengatakan grup memiliki ekosistem yang unik dengan efek jaringan yang kuat, didukung oleh puluhan juta pelanggan yang terdiri dari konsumen, pedagang, dan mitra-pengemudi.
“Grup memanfaatkan sinergi dari segmen-segmen bisnisnya dan mitra-mitra strategisnya untuk mendorong kemajuan pelanggannya,” tulis manajemen dalam laporan keuangan.
Selama 2024, lanjut manajemen, GOTO telah melakukan peningkatan signifikan pada profitabilitas grup dan mencapai panduan profitabilitas grup untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2024, didorong oleh pertumbuhan pendapatan, manajemen biaya, dan pertumbuhan produk dalam ekosistem.
Sebagai tambahan, kata manajemen, ke depannya profitabilitas Grup akan didukung oleh hasil dari kemitraan strategis Grup di segmen E-commerce. Adapun strategi GOTO ke depannya dibagi dalam dua prioritas, yaitu teknologi dan on-demand services.