Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas terpantau menguat, seiring dengan meningkatnya minat investor terhadap aset aman (safe haven) di tengah ketidakpastian terkait tenggat tarif impor yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 1 Agustus 2025.
Mengutip Reuters pada Jumat (1/8/2025), harga emas di pasar spot naik 0,6% ke level US$3.294,56 per troy ounce setelah sempat melonjak lebih dari 1% di awal sesi. Sementara itu, harga emas berjangka AS justru turun tipis 0,1% dan ditutup di posisi US$3.348,60 per troy ounce.
“Kita melihat kembali munculnya ketidakpastian perdagangan menjelang tenggat 1 Agustus untuk tarif, ini sedikit membangkitkan kembali minat terhadap emas sebagai aset safe haven,” kata Peter Grant, Wakil Presiden dan Kepala Strategi Logam di Zaner Metals.
Trump sebelumnya mengatakan telah menyepakati perpanjangan kesepakatan dagang dengan Meksiko selama 90 hari untuk melanjutkan negosiasi, dengan harapan dapat merumuskan perjanjian baru dalam periode tersebut.
Pernyataan itu disampaikan sehari setelah Trump mengumumkan serangkaian kebijakan tarif terhadap impor dari sejumlah negara, termasuk Brasil dan Korea Selatan, menjelang batas waktu pemberlakuan tarif AS yang lebih tinggi.
Sementara itu, inflasi AS tercatat meningkat pada Juni 2025, dipicu oleh kenaikan harga barang impor akibat tarif baru. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) naik 0,3% secara bulanan, menyusul revisi naik dari 0,2% pada Mei.
Baca Juga
Dari sisi kebijakan moneter, The Federal Reserve pada Rabu (30/7/2025) mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%–4,50%. Namun, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell setelah pengumuman tersebut meredupkan harapan pasar akan pemangkasan suku bunga pada September.
Emas cenderung menguat dalam kondisi suku bunga rendah karena tidak menghasilkan imbal hasil (non-yielding asset), sehingga menjadi alternatif menarik di tengah ketidakpastian pasar.
Investor kini menantikan data ketenagakerjaan non-pertanian (non-farm payrolls) AS yang akan dirilis Jumat ini, untuk mencari petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan.
Pada perkembangan lain, harga logam mulia lainnya justru tertekan. Perak spot anjlok 1,4% ke level US$36,61 per ounce, terendah sejak 7 Juli. Platinum turun 2,1% ke US$1.285,20, terendah sejak 24 Juni. Paladium juga melemah sekitar 2% menjadi US$1.181,49 per ounce, level terendah dalam lebih dari dua pekan terakhir.
“Tidak mengejutkan jika tekanan jual di pasar perak berhubungan dengan aksi jual lanjutan akibat sentimen negatif dari kejatuhan besar di pasar tembaga,” ujar Jim Wyckoff, Analis Senior Kitco Metals.