Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Bersih Pertamina Geothermal (PGEO) Merosot Jadi Rp1,1 Triliun Semester I/2025

Pertamina Geothermal Energy (PGEO) membukukan laba bersih US$68,9 juta atau setara Rp1,1 triliun pada semester I/2025.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) area Lahendong yang dikelola PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) /Dok. PGEO
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) area Lahendong yang dikelola PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) /Dok. PGEO

Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) mencetak peningkatan pendapatan, tetapi dengan laba bersih yang turun sepanjang semester I/2025. PGEO membukukan laba bersih sebesar US$68,95 juta atau setara dengan Rp1,1 triliun (kurs Jisdor Rp16.231 per 30 Juni 2025).

Berdasarkan laporan keuangannya, PGEO membukukan pendapatan sebesar US$204,8 juta, atau setara dengan Rp3,3 triliun. Pendapatan ini naik 0,53% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$203,7 juta. 

Di sisi lain, laba bersih PGEO tercatat tergerus hingga 28,37% secara tahunan menjadi US$68,9 juta atau setara Rp1,1 triliun. Laba bersih ini turun dari US$96,2 juta dibandingkan dengan semester I/2024.

Menyusutnya laba bersih PGEO salah satunya ditekan oleh kenaikan beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya sebesar 7,34% year-on-year (YoY) menjadi US$83,49 juta. Selain itu, PGEO juga membukukan rugi selisih kurs US$13,44 juta pada semester I/2025 dari posisi laba selisih kurs US$16,82 juta per 30 Juni 2024.

Adapun, jumlah total aset PGEO tercatat naik menjadi US$3,04 miliar per akhir Juni 2025, naik dibandingkan dengan akhir Desember 2024 yang sebesar US$2,99 miliar. Aset tersebut terdiri atas jumlah liabilitas US$1,1 miliar dan jumlah ekuitas sebesar US$1,94 miliar.

Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Yurizki Rio menjelaskan kinerja PGEO ini berada pada jalur yang sehat. 

“Ini menandakan fundamental keuangan perseroan yang kuat, didorong oleh produksi yang melebihi proyeksi awal,” ucap Yurizki Rio dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (29/7/2025). 

Yurizki mengatakan penguatan kinerja bisnis PGEO ini menandakan panas bumi merupakan sumber energi terbarukan yang memiliki peran strategis dalam usaha pemerintah Indonesia mendorong transisi energi. 

Meskipun tantangan geopolitik dan ekonomi global memengaruhi aspek pendanaan proyek dan biaya operasional, PGEO tetap mencatatkan kinerja operasional yang solid. Produksi energi pada kuartal ini tercatat telah melebihi proyeksi awal, yang turut mendorong pertumbuhan pendapatan perusahaan. 

Net profit perusahaan masih tetap sehat, dan EBITDA margin kami terjaga di atas 80%, mencerminkan efisiensi dan profitabilitas dalam mengelola aset dan operasional,” ujarnya. 

Selain itu, Yurizki juga menyampaikan optimismenya terhadap pencapaian target 1 gigawatt (GW) kapasitas terpasang PGE yang dikelola mandiri didukung oleh sejumlah proyek kunci yang tengah digarap, di antaranya pengembangan Hululais Unit 1 & 2 (110 megawatt/MW), proyek-proyek co-generation dengan total kapasitas 230 MW, serta eksplorasi Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Tiga yang diresmikan Presiden Prabowo pada Juni lalu. 

Ditambah lagi, beroperasinya PLTP Lumut Balai Unit 2 pada akhir Juni lalu menambah pasokan listrik sebesar 55 MW ke jaringan nasional, yang akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan PGEO sepanjang tahun.

Sementara itu, Direktur Utama  Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi menyampaikan sebagai world class green energy company, PGEO berkomitmen menyediakan energi bersih berbasis panas bumi yang stabil dan andal sebagai bagian dari kontribusi nyata terhadap pencapaian target Net Zero Emission 2060 Indonesia.

“Perjalanan menuju 1 GW kami tempuh dengan konsistensi dan keyakinan. Beroperasinya Lumut Balai Unit 2, proyek eksplorasi (green field) PLTP Gunung Tiga, serta pengembangan berbagai proyek lainnya merupakan bukti konsistensi PGE dalam mengembangkan pemanfaatan panas bumi,” ucap Julfi.

Lebih lanjut, Julfi menegaskan misi PGEO tak hanya menyediakan energi listrik, tetapi juga memberdayakan masyarakat di sekitar wilayah operasional dalam prosesnya.

Dengan pengalaman lebih dari 40 tahun, PGEO saat ini mengelola kapasitas terpasang sebesar 1.932 MW, terdiri dari 727 MW yang dikelola mandiri dan 1.205 MW bersama mitra. PGEO optimistis dapat meningkatkan kapasitas terpasang mandiri menjadi 1 GW dalam 2-3 tahun ke depan, dan 1,7 GW pada 2033.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro