Bisnis.com, JAKARTA — Emiten konstruksi pelat merah atau BUMN Karya kompak mencatatkan penurunan kinerja keuangan jelang aksi konsolidasi dengan skema merger yang tengah digodok oleh Danantara Indonesia pada paruh kedua tahun ini.
Penurunan kinerja tecermin dari laporan keuangan semester I/2025 milik PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP).
Berdasarkan laporan keuangan masing-masing perusahaan, tekanan paling besar masih dirasakan oleh Waskita Karya yang membukukan rugi bersih sebesar Rp2,14 triliun sepanjang periode Januari-Juni 2025.
Kondisi serupa juga dialami oleh WIKA. Selama 6 bulan pertama tahun ini, perseroan mencatat rugi bersih sebesar Rp1,66 triliun. Angka ini berbalik dari periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Ro401,95 miliar.
“Penyehatan yang sedang dijalankan saat ini membutuhkan waktu,” ujar Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito.
Sementara itu, laba bersih PTPP dan ADHI kompak terkontraksi pada semester I/2025. Laba bersih PTPP turun 55,61% year on year (YoY) menjadi Rp65,25 miliar, sedangkan ADHI meraih laba bersih sebesar Rp7,54 miliar atau turun 45,23% YoY.
Penurunan laba tiap emiten dipicu oleh melemahnya kinerja pendapatan pada semester I/2025. Pendapatan Waskita, misalnya, terkoreksi 30,63% YoY menjadi Rp3,10 triliun sedangkan WIKA turun 22,25% YoY ke Rp5,85 triliun.
Begitu pula dengan kinerja pendapatan PTPP dan ADHI yang masing-masing turun sebesar 23,71% dan 32,89% secara tahunan. PTPP mencetak pendapatan senilai Rp6,70 triliun, sedangkan ADHI meraih Rp3,81 triliun.
Direktur Keuangan Waskita Karya Wiwi Suprihatno mengatakan transformasi akan tetap menjadi fokus perseroan dalam meningkatkan kinerja.
Hal itu mencakup stabilitas keuangan melalui restrukturisasi yang sedang berjalan, kembali pada core business, menghindari berbagai proyek investasi, memperkuat tata kelola yang baik secara menyeluruh, serta peningkatan kompetensi human resources melalui sertifikasi pegawai.
“Kami terus berupaya melakukan semua transformasi tersebut, agar Waskita dapat melanjutkan kegiatan usaha secara berkelanjutan,” ucapnya.
Rencana Merger Jalan Terus
Di tengah kinerja tersebut, holding operasional Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia yakni PT Danantara Asset Management (Persero) akan melanjutkan merger BUMN Karya pada semester II/2025.
Chief Operating Officer (COO) Dony Oskaria menyatakan merger BUMN Karya akan menjadi salah satu agenda prioritas dalam 5 bulan tersisa pada 2025.
“Skemanya tentu akan multi, di antaranya salah satu yang pasti ada mergernya pasti. Jadi, pengurangan daripada jumlah BUMN Karya sedang kami kajim,” ujar Dony di kompleks parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (23/7/2025).
Menurutnya, langkah merger BUMN Karya bertujuan membentuk entitas yang lebih efisien dan berfokus pada bisnis inti sebagai kontraktor.
Selain itu, anak-anak usaha perusahaan konstruksi pelat merah yang tidak berkaitan langsung dengan inti bisnis akan dikonsolidasikan. Dony memperkirakan hanya ada tiga entitas BUMN Karya yang bertahan.
“Kami lagi menghitung, kurang lebih akan jadi tiga perusahaan karya yang kuat ke depan dan bisnisnya hanya fokus sebagai kontraktor saja. Jadi, anak-anak perusahaan yang tidak menjadi kontraktor dan selama ini menjadi beberapa sumber permasalahan, akan kami kelompokan,” pungkas Dony.
Selain perusahaan karya, agenda konsolidasi yang direncanakan DAM turut mencakup sembilan sektor BUMN, yakni bisnis pupuk, rumah sakit, hotel, gula, hilirisasi minyak, asuransi, manajemen aset, dan kawasan industri.
Saat ini, Danantara membawahi sejumlah entitas usaha BUMN Karya, a.l. PT Hutama Karya (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), PT PP (Persero) Tbk. (PTPP), PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI). Selain itu, terdapat pula PT Brantas Abipraya (Persero) dan PT Amarta Karya (Persero).
Dihubungi terpisah, Corporate Secretary WIKA Ngatemin menyampaikan bahwa perseroan akan mengikuti setiap arahan strategis dari Danantara sebagai pemegang saham utama perseroan.
Menurutnya, WIKA kini tengah berfokus pada penguatan tata kelola dan sistem manajemen internal sebagai langkah memperkuat fundamental perusahaan dalam mendukung akselerasi proses konsolidasi tersebut.
“Perseroan terus fokus dalam meningkatkan tata kelola dan sistem manajemen dalam rangka mendukung fundamental perseroan untuk mengakselerasi proses konsolidasi tersebut,” ujar Ngatemin kepada Bisnis.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.