Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kans Surya Semesta (SSIA) Masuk MSCI Usai Diborong Grup Djarum

Aksi akumulasi saham oleh Grup Djarum mendorong peluang Surya Semesta (SSIA) masuk ke MSCI Small Cap Index pada tinjauan Agustus 2025
Foto udara proyek pembangunan Subang Smartpolitan di Subang, Jawa Barat, Kamis (9/3). JIBI/Bisnis/Abdurachman
Foto udara proyek pembangunan Subang Smartpolitan di Subang, Jawa Barat, Kamis (9/3). JIBI/Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Aksi akumulasi saham PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) oleh Grup Djarum mendorong potensi saham emiten kawasan industri ini masuk daftar MSCI Small Cap Index pada tinjauan Agustus 2025. 

Riset Samuel Sekuritas Indonesia yang disusun oleh Ahnaf Yassar dan Prasetya Gunadi menyebutkan penyedia indeks global Morgan Stanley Capital International (MSCI) akan mengumumkan hasil peninjauan indeks pada 7 Agustus 2025, yang berlaku efektif pada 27 Agustus 2025.

Dalam konteks ini, SSIA disebut berpeluang masuk MSCI seiring lonjakan harga sahamnya yang mencapai 82% month to date (MtD). Kenaikan sebagian besar didorong oleh aksi pembelian saham sebesar 5,89% oleh Grup Djarum.

Kenaikan harga lantas mendorong kapitalisasi pasar free float SSIA menjadi US$618 juta, jauh di atas ambang batas US$250 juta yang disyaratkan MSCI.

Selain itu, nilai transaksi harian dalam 12 bulan mencapai US$1,8 juta per hari atau melampaui ambang batas sebesar US$1,0 juta per hari. Adapun rasio AVTR (adjusted traded value ratio) juga di atas ambang batas 10%. 

“Masuknya saham ke dalam indeks MSCI berpotensi meningkatkan visibilitas di kalangan investor global, serta menarik aliran dana pasif dari index-tracking fund yang pada akhirnya bisa memicu pembalikan tren jual asing menjadi beli bersih,” ujar Ahnaf dan Prasetya dalam riset yang dikutip Rabu (23/7/2025).

Seiring dengan potensi tersebut, Samuel Sekuritas menyematkan rekomendasi beli saham SSIA dengan target harga baru yakni Rp4.000. Estimasi tersebut melonjak dari target harga sebelumnya yakni Rp2.000 per saham. 

Selain sentimen MSCI, Ahnaf dan Prasetya menuturkan bahwa ada tiga katalis fundamental yang memperkuat prospek SSIA dalam beberapa tahun ke depan.

Pertama, pengembangan infrastruktur Jalan Tol Patimban dan Pelabuhan Patimban yang mempercepat konektivitas Subang Smartpolitan. Kedua, kepemilikan land bank terbesar di kawasan tersebut. Ketiga, keunggulan biaya tenaga kerja yang lebih rendah dibandingkan wilayah industri lainnya.

“SSIA juga mencatat proyeksi penjualan lahan yang solid sebesar 60–70 hektare per tahun dalam beberapa tahun ke depan, seiring meningkatnya minat investor terhadap kawasan industri Subang Smartpolitan,” pungkasnya.  

Namun, tetap ada risiko yang perlu diwaspadai, antara lain tantangan eksekusi proyek, potensi keterlambatan penyelesaian jalan tol dan pelabuhan Patimban, serta kemungkinan perubahan regulasi di sektor industri dan investasi.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro