Bisnis.com, JAKARTA — Industri otomotif Tanah Air tengah lesu pada 2025. Namun, saham emiten komponen otomotif PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) dinilai masih prospektif didorong geliatnya mendongkrak bisnis perdagangan (trading).
Lesunya industri otomotif dalam negeri tergambar dari masih menurunnya penjualan mobil domestik. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara wholesales atau dari pabrik ke dealer sebesar 57.760 unit pada Juni 2025.
Realisasi tersebut merosot 22,6% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan pada Juni 2024 sebanyak 74.615 unit. Dilihat sepanjang periode Januari–Juni 2025, penjualan mobil ambles 8,6% yoy dari 410.020 menjadi 374.740 unit.
Analis Verdhana Sekuritas Jupriadi Tan dalam risetnya menilai bahwa lesunya penjualan otomotif, khususnya roda empat berdampak pada kinerja bisnis emiten komponen otomotif seperti AUTO. Namun, kinerja bisnis AUTO dinilai masih bisa kinclong terdorong dari upayanya mendongkrak bisnis perdagangan.
"Posisi defensif AUTO, terdorong pendapatan asosiasi yang kuat dan pertumbuhan bisnis perdagangan," tulis Jupriadi dalam risetnya pada beberapa waktu lalu.
AUTO dinilai tengah menggenjot bisnis trading yang lebih tahan banting di tengah lesunya bisnis otomotif. Permintaan atas produk-produk di bisnis trading akan mendongkrak kinerja AUTO.
Baca Juga
Pada kuartal I/2025, segmen trading AUTO berkontribusi sebesar 46% terhadap pendapatan. Sementara, segmen manufaktur menyumbang 54%.
Verdhana Sekuritas pun mempertahankan peringkat buy untuk AUTO dengan target harga di level Rp2.900 per lembar.
Analis Panin Sekuritas Novi Vianita juga menilai optimisme perseroan di segmen trading mampu mendongkrak kinerja bisnis di tengah lesunya bisnis otomotif.
"Segmen trading didorong oleh kinerja positif Astra Otoservice pada tiga bulan pertama 2025 dengan dukungan total 30 outlet," kata Novi dalam risetnya.
Selain itu, AUTO juga bergeliat mengembangkan komponen kendaraan listrik saat industri otomotif domestik lesu, di antaranya dengan berkolaborasi dengan pabrikan China.
"Kami lihat hal tersebut [kolaborasi] berpotensi mendongkrak performa segmen trading setelah mencapai kesepakatan," ujar Novi.
Panin Sekuritas pun masih merekomendasikan buy untuk AUTO dengan target harga Rp2.400 per lembar.
Meski begitu, Research Analyst MNC Sekuritas Muhamad Rudy Setiawan dalam risetnya menilai terdapat ragam ganjalan bagi AUTO.
"Pemulihan daya beli yang lambat dan kenaikan harga kendaraan didorong oleh ketidakpastian inventaris serga fluktuasi harga komoditas," ujar Rudy dalam risetnya.