Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Buyback Emas Antam Naik 27,91% hingga Kamis (10/7)

Harga buyback emas Antam naik 27,91% ytd 2025, mencapai Rp1.746.000 per gram.
M. Nurhadi Pratomo,Lorenzo Anugrah Mahardhika
Kamis, 10 Juli 2025 | 12:42
Karyawati memperlihatkan kepingan emas Antam di Jakarta, Senin (30/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati memperlihatkan kepingan emas Antam di Jakarta, Senin (30/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Harga buyback emas Antam telah mengalami kenaikan dua digit pada periode berjalan 2025.

Berdasarkan data Logam Mulia Kamis (10/7/2025), harga buyback emas Antam naik Rp8.000 ke Rp1.746.000. Posisi itu mencerminkan kenaikan 27,91% year-to-date (ytd) 2025.

Sebagaimana diketahui, harga buyback merupakan acuan pembelian kembali berdasarkan ukuran 1 gram oleh PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM).

Buyback emas merupakan transaksi menjual kembali emas, baik dalam bentuk logam mulia, logam batangan, maupun perhiasan. Biasanya, harga yang dibanderol lebih rendah dari harga jual saat itu.

Kendati demikian, buyback emas masih bisa mendatangkan keuntungan apabila terdapat selisih besar antara harga jual dan harga buyback.

Sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017, penjualan kembali emas batangan ke Antam dengan nominal lebih dari Rp10 juta, dikenakan PPh 22 sebesar 1,5 persen untuk pemegang NPWP dan 3 persen untuk non NPWP). Adapun, PPh 22 atas transaksi buyback dipotong langsung dari total nilai buyback.

Di pasar global, menguat seiring dengan sikap investor yang mencermati perkembangan negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan para mitra dagangnya. Namun, penguatan dolar AS membatasi kenaikan logam mulia tersebut.

Melansir Reuters pada Kamis (10/7/2025), harga emas di pasar spot naik 0,3% ke level US$3.310,26 per troy ounce setelah sempat menyentuh posisi terendah sejak 30 Juni 2025 di awal sesi. Sementara itu, harga emas berjangka AS naik 0,1% di posisi US$3.321 per troy ounce.

Phillip Streible, Chief Market Strategist di Blue Line Futures, menyebut di tengah volatilitas pasar, kekhawatiran fiskal, dan defisit AS yang membengkak, semakin banyak investor yang beralih ke emas

Dari sisi perdagangan, Uni Eropa menyatakan sedang berupaya mencapai kesepakatan dagang dengan AS sebelum akhir bulan. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump kembali menjanjikan akan mengirim lebih banyak surat pemberitahuan tarif ke sejumlah negara yang belum disebutkan namanya.

Pekan lalu, Trump menandatangani paket besar pemangkasan pajak dan belanja negara yang menurut analis independen berpotensi menambah utang nasional AS hingga US$3,4 triliun dalam 10 tahun ke depan.

Di sisi lain, dolar AS bertahan di dekat level tertingginya dalam lebih dari dua pekan, membuat emas menjadi kurang menarik bagi pembeli dari luar negeri karena menjadi lebih mahal.

Risalah pertemuan The Fed pada 17–18 Juni 2025 menunjukkan bahwa hanya segelintir pejabat yang mendukung pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Sebagian besar pembuat kebijakan masih menyuarakan kekhawatiran atas tekanan inflasi yang diperkirakan akan meningkat akibat tarif perdagangan dari Trump.

Trump sendiri terus menekan The Fed untuk segera memangkas suku bunga dan bahkan menyerukan pengunduran diri Ketua The Fed Jerome Powell. Namun, risalah tersebut mencerminkan dukungan yang sangat terbatas di internal The Fed, yang terdiri dari 19 pembuat kebijakan, untuk penurunan biaya pinjaman.

Dalam pertemuan terakhirnya bulan lalu, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) sepakat mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%–4,50% seperti yang telah ditetapkan sejak Desember 2024.

Secara historis, emas cenderung berkinerja baik saat ketidakpastian ekonomi meningkat. Namun, logam mulia ini menjadi kurang menarik saat suku bunga tinggi karena tidak memberikan imbal hasil seperti instrumen berbunga.

Sementara itu, logam mulia lainnya justru melemah. Harga perak spot turun 1,3% menjadi US$36,31 per troy ounce, platinum terkoreksi 1,1% ke US$1.344,32, dan palladium turun 0,4% ke level US$1.106,35.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper