Bisnis.com, JAKARTA — PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan pasar obligasi pemerintah maupun korporasi akan tetap positif pada paruh kedua 2025.
Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto menyatakan bahwa hal tersebut didukung oleh tren pelonggaran moneter dan kuatnya penyerapan dari investor domestik.
Menurutnya, pasar obligasi pemerintah mencatat kinerja relatif baik dibandingkan sejumlah negara peers, meskipun belum sekuat Thailand dan Singapura. Investor domestik juga menjadi penopang utama, sementara minat asing tetap terjaga.
“Pasar surat utang pemerintah masih relatif stabil meskipun terjadi beberapa tekanan sepanjang semester pertama. Pemangkasan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia sebanyak dua kali akhirnya menjadi katalis,” ucapnya, Selasa (8/7/2025).
Menurutnya, pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) telah memberikan ruang bagi yield obligasi pemerintah untuk turun, meskipun masih tertahan oleh tekanan eksternal dan prospek peningkatan pasokan surat utang pemerintah.
Dari sisi makro, stabilitas nilai tukar rupiah, surplus neraca perdagangan, serta cadangan devisa yang solid menjadi faktor pendukung. Namun, risiko dari sisi geopolitik, perang dagang, dan penurunan peringkat surat utang AS masih menjadi perhatian pasar.
Baca Juga
Suhindarto menambahkan pasar surat utang korporasi juga menunjukkan kinerja impresif. Penerbitan pada semester I/2025 tumbuh 48,31% secara tahunan dan tren ini diperkirakan berlanjut pada paruh kedua seiring tingginya nilai jatuh tempo.
“Nilai surat utang korporasi yang jatuh tempo di semester dua mencapai Rp96,43 triliun. Ini menjadi pendorong utama penerbitan ulang untuk kebutuhan refinancing,” ujarnya.
Sektor keuangan diperkirakan masih menjadi kontributor dominan dalam penerbitan obligasi korporasi, diikuti sektor infrastruktur dan manufaktur. Permintaan dari investor dinilai masih kuat, terutama untuk instrumen berperingkat tinggi dengan kupon tetap.
Di sisi sekunder, aktivitas transaksi obligasi korporasi masih tumbuh terbatas, meski likuiditas mulai membaik. Suhindarto mencatat prospek pasar sekunder akan semakin solid jika pelonggaran moneter berlanjut dan tekanan fiskal dapat diminimalkan.
Meski outlook pasar surat utang cenderung positif, tantangan tetap membayangi. Di antaranya adalah potensi lonjakan yield akibat pelebaran defisit fiskal, tekanan pasokan dari penerbitan surat utang pemerintah, serta perubahan arah kebijakan moneter global.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.