Bisnis.com, JAKARTA — PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan nilai penerbitan obligasi korporasi dapat mencapai Rp70 triliun pada semester II/2025.
Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengatakan bahwa penerbitan obligasi pada paruh kedua tahun ini bukan hanya mencerminkan optimisme pelaku usaha terhadap kondisi perekonomian, melainkan juga dipengaruhi dua faktor utama.
Pertama, terkait pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin menjadi 5,5% pada Mei 2025. Kedua, dipengaruhi kebutuhan refinancing karena nilai obligasi korporasi jatuh tempo mencapai Rp96,4 triliun pada semester II/2025.
“Jadi kemungkinan memang untuk pada semester kedua penerbitannya bisa jadi akan berkisar antara Rp60 triliun hingga Rp70 triliun lagi,” ujarnya dalam acara Media Forum Pefindo yang digelar secara daring, Rabu (8/7/2025).
Menurutnya, kombinasi antara suku bunga yang lebih akomodatif dan kebutuhan pelunasan utang jangka pendek mendorong perusahaan untuk melakukan refinancing sejak akhir semester I/2025.
Suhindarto menambahkan bahwa secara biaya, saat ini penerbitan obligasi menjadi alternatif pendanaan yang lebih murah dibandingkan dengan kredit perbankan terutama bagi perusahaan dengan peringkat surat utang antara AAA hingga single A.
“Kupon obligasi untuk kategori ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga dasar kredit modal kerja di perbankan. Apalagi di tengah kondisi likuiditas perbankan yang mulai mengetat, suku bunga kredit cenderung naik,” jelasnya.
Pefindo mencatat nilai penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp90,90 triliun pada semester I/2024, tumbuh 48,31% dari periode sama tahun lalu, yakni Rp61,29 triliun.
Dari jumlah tersebut, mayoritas penerbitan surat utang ditujukan untuk kebutuhan modal kerja senilai Rp56,26 triliun atau meningkat secara tahunan dari posisi Rp38,61 triliun.
Sementara itu, sebanyak Rp31,49 triliun digunakan untuk refinancing. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp15,21 triliun.