Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat pada pekan ini, di tengah ekspektasi positif atas hasil negosiasi dagang Amerika Serikat dengan sejumlah negara mitra yang ditargetkan rampung 9 Juli 2025.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi menyebutkan, IHSG berpotensi menguat ke kisaran 6.970, setelah sepanjang pekan lalu mengalami koreksi sebesar 0,47% ke level 6.865, seiring tekanan jual bersih asing senilai Rp2 triliun.
“Kami melihat saat ini pasar berada di persimpangan jalan. Optimisme meredanya tensi perang dagang cukup besar, namun di sisi lain risiko dari kebijakan fiskal dan arah suku bunga AS masih membayangi,” jelas Imam dalam riset, Senin (7/7/2025).
Imam mengatakan, pergerakan pasar saat ini juga turut dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas manufaktur global. Data menunjukkan perbaikan di Tiongkok, di mana PMI Manufaktur naik ke level 49,7 pada Juni 2025 didorong peningkatan pesanan baru dan output pabrik. Hal serupa terjadi di AS, meski permintaan domestik masih relatif melemah.
Di sisi lain, Indonesia justru mencatatkan penurunan aktivitas manufaktur ke level 46,9, turun dari bulan sebelumnya yang berada di 47,4. Imam menilai, turunnya aktivitas pabrikan dalam negeri dipicu lemahnya permintaan domestik, yang kemudian berdampak ke penurunan output, pembelian bahan baku, serta serapan tenaga kerja.
Kondisi tersebut dinilai tidak lepas dari kehati-hatian pelaku usaha dalam merespons ketidakpastian global, termasuk terkait potensi kebijakan tarif impor oleh AS yang masih ditunggu kejelasannya.
Baca Juga
Imam menambahkan, dari sisi domestik, pelaku pasar juga akan mencermati sejumlah indikator penting yang berpotensi memengaruhi arah pasar. Salah satunya adalah data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang diperkirakan masih bertahan di zona optimis pada level 123, mencerminkan ekspektasi konsumsi rumah tangga ke depan.
Selain itu, pelaku pasar turut mencermati data penjualan ritel, yang menjadi cerminan daya beli masyarakat. Kinerja sektor ritel akan memberi gambaran arah pengeluaran rumah tangga, yang merupakan salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Adapun dari sektor otomotif, data penjualan mobil dan sepeda motor juga menjadi perhatian. Imam menilai, tren penjualan kendaraan bermotor dapat menjadi indikator kepercayaan masyarakat terhadap kondisi keuangan saat ini maupun ekspektasi pendapatan di masa mendatang.
Dari global, pelaku pasar juga akan memantau inflasi konsumen (CPI) China yang berpotensi memberikan sinyal tambahan terkait prospek daya beli dan kondisi perekonomian mitra dagang utama Indonesia tersebut.
“Secara keseluruhan, meski pasar masih dibayangi ketidakpastian, namun bagi investor yang selektif, justru kondisi seperti ini dapat melahirkan peluang terbaik, khususnya di sektor yang memiliki fundamental kuat dan katalis jangka panjang,” tutup Imam.
Seiring dengan sentimen-sentimen tersebut, Indo Premier Sekuritas (IPOT) merekomendasikan saham INCO, TOBA & WIFI untuk pekan ini.
- Buy INCO (Entry: 3560, Target: 3750, SL <3470).
Permintaan nikel diperkirakan terus meningkat seiring akselerasi produksi kendaraan listrik (EV) global, di mana nikel merupakan bahan utama dalam baterai lithium-ion. Dari sisi industri, Indonesia memegang posisi strategis sebagai produsen nikel terbesar di dunia, dan INCO merupakan salah satu pemain utama yang memiliki cadangan besar serta rekam jejak produksi yang solid. Adanya dukungan kebijakan pemerintah untuk hilirisasi nikel dan peningkatan nilai tambah mineral juga menjadi katalis positif bagi kinerja jangka panjang INCO.
- Buy on breakout TOBA (Entry: 825, Target: 875, SL <800).
Di tengah tren global dekarbonisasi dan transisi energi, emiten dengan strategi diversifikasi ke energi hijau mendapat sentimen positif, terutama di tengah volatilitas harga batu bara.
- Buy on breakout WIFI (Entry: 2020, Target 2120: SL <1965).
Saham WIFI berada di tengah tren digitalisasi nasional yang terus berkembang pesat, terutama dengan meningkatnya penetrasi internet di wilayah luar Jawa. Pemerintah melalui berbagai program seperti pembangunan BTS 4G dan jaringan fiber optik nasional membuka peluang besar bagi perusahaan infrastruktur digital seperti WIFI.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.