Bisnis.com, JAKARTA — Bursa saham Amerika Serikat ditutup menguat pada perdagangan Rabu (2/7/2025) waktu setempat di tengah kabar tercapainya kesepakatan dagang antara AS dan Vietnam yang meredakan kekhawatiran akan perang dagang berkepanjangan.
Melansir Reuters pada Kamis (3/7/2025), indeks S&P 500 naik 29,28 poin atau 0,47% menjadi 6.227,29. Nasdaq Composite menguat 190,24 poin atau 0,94% ke level 20.393,13. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average turun tipis 8,70 poin atau 0,02% ke posisi 44.486,24.
Indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup menguat didorong oleh kenaikan saham-saham teknologi. Nasdaq memimpin penguatan berkat reli saham Nvidia, Apple, dan Tesla.
Michael Arone, Kepala Strategi Investasi di State Street Global Advisors Boston, mengatakan bahwa pelaku pasar terus memantau perkembangan negosiasi dagang yang dilakukan pemerintahan Trump.
“Ada sedikit kelegaan setelah adanya kemajuan di bidang perdagangan. Kesepakatan dengan Vietnam disambut positif oleh pasar,” ujarnya.
Dalam kesepakatan dagang yang diumumkan Rabu, AS menetapkan tarif sebesar 20% terhadap sejumlah besar ekspor dari Vietnam. Pemerintahan Trump juga mengisyaratkan bahwa kesepakatan dagang dengan India akan segera diumumkan, meskipun negosiasi dengan beberapa negara lain diperkirakan belum rampung hingga tenggat 9 Juli.
Baca Juga
Investor kini menanti laporan ketenagakerjaan non-pertanian (non-farm payrolls) yang akan dirilis Kamis ini untuk mencari petunjuk lebih lanjut soal kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
Sementara itu, RUU besar terkait pajak dan belanja pemerintah yang diusulkan oleh mantan Presiden Donald Trump telah disetujui Senat dan akan diajukan ke DPR AS untuk persetujuan akhir. Analis independen memperkirakan RUU ini akan menambah beban utang nasional sebesar US$3,4 triliun dalam 10 tahun ke depan.
Pasar sempat dibuka melemah setelah data menunjukkan bahwa sektor swasta AS mencatat penurunan jumlah pekerjaan pada Juni, sementara angka penyerapan tenaga kerja bulan sebelumnya direvisi lebih rendah.
Jim Awad, Managing Director Senior di Clearstead Advisors LLC, New York mengatakan, kondisi ekonomi yang melemah adalah pedang bermata dua.
"Jika pelemahan pasar tenaga kerja mendorong The Fed untuk menurunkan suku bunga, itu bisa menjadi kabar baik. Tapi kalau terlalu lemah, justru bisa menghambat pertumbuhan dan laba perusahaan," ujarnya.
Fokus utama pasar kini tertuju pada laporan non-farm payrolls yang akan dirilis lebih awal dari biasanya, yakni Kamis waktu setempat, mengingat pasar finansial AS akan libur pada 4 Juli dalam rangka Hari Kemerdekaan.
Konsensus jajak pendapat Reuters memproyeksikan pertumbuhan lapangan kerja AS melambat pada Juni dan tingkat pengangguran naik ke 4,3%.
“Investor kemungkinan berharap laporan ini akan mendorong The Fed untuk memangkas suku bunga lebih cepat,” tutur Arone.