Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Bergerak Variatif, Investor Waspadai Dampak Tarif dan RUU Pajak Trump

Bursa saham AS ditutup variatif pada perdagangan Selasa (1/7) di tengah sesi perdagangan yang volatil dan likuiditas musiman yang cenderung rendah.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat ditutup variatif pada perdagangan Selasa (1/7/2025) waktu setempat di tengah sesi perdagangan yang volatil dan likuiditas musiman yang cenderung rendah.

Melansir Reuters pada Rabu (2/7/2025) indeks S&P 500 ditutup turun 6,94 poin atau 0,11% ke level 6.198,10, sementara Nasdaq Composite merosot 166,84 poin atau 0,82% ke 20.202,89. Di sisi lain, Dow Jones Industrial Average naik 403,61 poin atau 0,92% ke posisi 44.498,38.

Kenaikan Dow Jones didorong oleh saham-saham kesehatan seperti UnitedHealth dan Amgen, dan kini hanya terpaut sekitar 600 poin dari rekor tertinggi sepanjang masa yang tercapai pada Desember lalu.

Pergerakan pasar saham AS ditandai oleh sinyal yang beragam. Indeks NYFANG, yang melacak kinerja 10 saham teknologi besar yang paling aktif diperdagangkan, turun lebih dari 1%.

Pelemahan juga dipicu oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menegaskan tidak akan memperpanjang tenggat waktu 9 Juli untuk menyelesaikan perundingan dagang dengan sejumlah negara.

Sementara itu, pengesahan RUU pajak dan belanja versi Trump oleh Senat turut menjadi perhatian investor, yang menimbang potensi stimulus ekonomi dari RUU tersebut terhadap dampak anggarannya yang mencapai triliunan dolar.

Farz Azarm, Managing Director Equities Trading di Mizuho Americas menyebut, pasar saat ini sudah berada di level jenuh beli (overbought) untuk saham teknologi dan Nasdaq dalam beberapa pekan terakhir.

"Hari ini kita melihat aksi jual besar-besaran sebagai pembalikan dari tren itu," tambahnya.

Saham Tesla anjlok lebih dari 4% setelah hubungan antara CEO Elon Musk dan Trump kembali memanas. Trump mengancam akan mencabut miliaran dolar subsidi pemerintah untuk perusahaan-perusahaan milik Musk, menyusul kritik Musk terhadap RUU pajak Trump yang luas.

Dari sisi data ekonomi, laporan terbaru menunjukkan bahwa pembukaan lapangan kerja di AS secara mengejutkan meningkat pada Mei, mengindikasikan ketahanan pasar tenaga kerja di tengah ketidakpastian dagang dan ekonomi. Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik, mendorong yield tenor 2 tahun mendekati level tertinggi dalam sepekan.

Sebelumnya, Ketua The Fed Jerome Powell kembali menegaskan bahwa bank sentral akan“menunggu dan mengamati lebih lanjut dampak tarif terhadap inflasi sebelum memutuskan langkah pemangkasan suku bunga. Pernyataan ini kembali mengesampingkan desakan Trump untuk segera menurunkan suku bunga secara agresif.

Institute for Supply Management (ISM) melaporkan bahwa indeks PMI manufaktur naik tipis menjadi 49,0 pada Juni dari 48,5 di Mei, yang merupakan level terendah dalam enam bulan. Angka ini sedikit lebih baik dari ekspektasi pasar di level 48,8.

Saat ini perhatian pasar bergeser ke laporan nonfarm payrolls yang akan dirilis Kamis, yang diperkirakan menjadi indikator penting bagi arah kebijakan suku bunga The Fed dalam waktu dekat.

Data dari LSEG menunjukkan bahwa pasar uang saat ini memproyeksikan peluang 21,2% untuk penurunan suku bunga pada Juli, dan mengantisipasi pemangkasan total sekitar 64 basis poin hingga akhir tahun ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper