Bisnis.com, JAKARTA — Anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA), yakni PT Citilink Indonesia menjadi penerima terbesar pendanaan tahap awal restrukturisasi yang dikucurkan Danantara Indonesia melalui skema shareholder loan.
Danantara Indonesia, melalui holding operasional PT Danantara Asset Management (Persero) telah mengucurkan pendanaan awal sebesar Rp6,65 triliun kepada Garuda Indonesia dalam bentuk pinjaman pemegang saham.
Dari jumlah itu, Citilink akan menerima pinjaman sebesar Rp4,82 triliun sedangkan nilai bersih yang diterima Garuda Indonesia mencapai Rp1,82 triliun.
Aksi korporasi dilakukan di tengah tekanan keuangan yang masih menghantui emiten maskapai pelat merah tersebut pasca-restrukturisasi tahun 2022.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Garuda mengungkapkan bahwa perseroan masih menghadapi hambatan dalam upaya penyehatan. Salah satunya terkait status ekuitas negatif selama tiga tahun terakhir.
“[Kondisi ini] menempatkan perseroan pada potensi suspensi efek yang dapat berujung pada pembatalan pencatatan efek perseroan atau delisting,” ungkap manajemen Garuda melalui keterbukaan informasi, Selasa (24/6/2025).
Baca Juga
Selain itu, backlog dan penjadwalan ulang perawatan pesawat (maintenance rescheduling) juga menyebabkan meningkatnya kebutuhan biaya pada 2025 yang sebagian besar beban merupakan akumulasi dari tahun sebelumnya.
Hal itu kemudian memengaruhi serviceability armada milik Garuda dan Citilink, sehingga berdampak pada turunnya pendapatan dan terganggunya arus kas.
“Kondisi penurunan serviceability pesawat tersebut memengaruhi pendapatan perseroan sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan biaya di luar operasional, seperti biaya sewa, pesawat yang grounded, biaya bunga, dan lainnya.”
Dalam pemberitaan sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani menyatakan suntikan dana dari Danantara menjadi momentum penting untuk mengakselerasi kinerja dan mewujudkan target profitabilitas dalam waktu dekat.
Pasalnya, hingga kuartal I/2025, Garuda tercatat membukukan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$76,48 juta. Kerugian ini turun dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$87,03 juta.
“Dengan adanya corporate action dari Danantara, kami proyeksikan tahun 2026 menjadi titik balik bagi Garuda Indonesia. Kami optimistis akan membukukan net income yang positif,” ujarnya konferensi pers di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa (24/6/2025).
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.