Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Diproyeksi Makin Kinclong, Cek Saham Pilihan untuk Juni 2025

IHSG diproyeksikan lanjut menguat pada Juni 2025 didorong oleh sejumlah sentimen seperti kebijakan The Fed dan stimulus pemerintah RI.
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (13/1/2025)./IBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (13/1/2025)./IBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksikan melanjutkan penguatan pada Juni 2025 didorong oleh sejumlah sentimen seperti kebijakan The Fed dan stimulus pemerintah RI. 

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta memproyeksikan IHSG bergerak mixed to higher atau bergerak bervariasi dengan tren cenderung menguat pada Juni 2025.

Salah satu sentimen yang menurutnya menggerakkan IHSG yakni keputusan suku bunga dari bank sentral AS (The Fed). Investor saat ini tengah menantikan arah kebijakan moneter The Fed ke depan terutama untuk tahun ini.

Selain itu, pergerakan IHSG masih akan dipengaruhi oleh sentimen perang dagang. Apabila perang dagang AS China mereda, maka bisa memberikan tambahan daya yang besar ke pasar saham Indonesia. Sebaliknya, jika kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump meruncing, maka akan menekan IHSG.

"Dari domestik, kita melihat bahwa kebijakan program stimulus pemerintah yang diharapkan menjadi katalis bagi market dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi mendatang," ujar Nafan kepada Bisnis pada Jumat (30/5/2025).

Dia menilai terdapat sejumlah sektor saham pilihan pada perdagangan Juni 2025, yakni keuangan, energi, basic, infrastruktur, transportasi, hingga kesehatan.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan secara historis dari 2020 IHSG seringkali menghijau selama bulan Juni. Oleh karna itu, Kiwoom Sekuritas memproyeksikan IHSG akan bergerak sideways cenderung menguat pada Juni 2025, dalam rentang 7.000 – 7.300.

IHSG juga cenderung menembus resistance 7.300 apabila terus ditopang oleh nilai beli bersih atau net buy asing, stimulus domestik, dan stabilitas nilai tukar. Aksi window dressing akhir semester dan posisi investor maupun emiten menuju rilis laporan keuangan kuartal II/2025 juga disebut menjadi katalis positif tambahan.

Kemudian, mulai 5 Juni 2025, pemerintah menggulirkan enam kebijakan stimulus ekonomi, dari diskon tarif listrik dan transportasi, hingga bantuan pangan. Kebijakan itu dinilai mampu memberikan harapan penguatan ekonomi domestik dan kemudian mendongkrak IHSG.

Lalu, momentum libur panjang sekolah ditambah diskon tol 20% juga mendorong konsumsi rumah tangga, transportasi, dan sektor wisata.

Sikap The Fed yang lebih dovish dengan penurunan suku bunga lebih cepat dari ekspektasi pasar juga membuat arus masuk modal asing ke pasar saham Indonesia bisa meningkat signifikan.

"Juni 2025 membawa momentum positif yang cukup kuat untuk pasar saham Indonesia, dari sisi stimulus fiskal, stabilitas moneter, hingga penguatan rupiah. Jika ditambah sentimen dovish dari The Fed, peluang IHSG menembus 7.300 cukup terbuka, dengan arus dana asing yang bisa kembali deras," ujar Liza dalam risetnya.

Namun, menurutnya kehati-hatian tetap diperlukan terhadap potensi gejolak global dan siklus ketidakpastian suku bunga eksternal. Rotasi sektor akan mengarah pada konsumsi, keuangan, dan sektor-sektor berbasis mobilitas masyarakat.

Terdapat sejumlah sektor favorit pada perdagangan Juni 2025. Sektor konsumsi dan ritel seperti saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), PT Mayora Indah Tbk. (MYOR), PT Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT), dan PT Unilever Tbk. (UNVR) didukung oleh stimulus baru dari pemerintah serta peningkatan pengeluaran saat liburan.

Kemudian, saham transportasi dan pariwisata seperti PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) dan PT Blue Bird Tbk. (BIRD) mendapatkan katalis positif dari lonjakan mobilitas masyarakat selama liburan.

Saham perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) juga mendapatkan manfaat dari pelonggaran suku bunga dan potensi kenaikan permintaan kredit.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper