Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ambles Pekan Lalu, Tersengat Ancaman Tarif Trump ke UE

Bursa AS mencatat pelemahan mingguan setelah Donald Trump merekomendasikan tarif 50% atas barang-barang dari Uni Eropa.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada perdagangan Jumat (23/5/2025) dan mencatat penurunan mingguan setelah Presiden Donald Trump kembali memanaskan ketegangan dagang global dengan merekomendasikan tarif 50% atas barang-barang dari Uni Eropa.

Melansir Reuters, Senin (26/5/2025), meski sempat memangkas kerugian di sesi awal, ketiga indeks utama Wall Street tetap berakhir di zona merah dan membukukan penurunan mingguan lebih dari 2%.

Pada perdagangan Jumat, indeks Dow Jones Industrial Average turun 256,02 poin (0,61%) ke 41.603,07, sedangkan indeks S&P 500 melemah 39,19 poin (0,67%) ke 5.802,82 dan Nasdaq Composite tertekan 188,53 poin (1,00%) ke 18.737,21

Sepanjang pekan lalu, indeks Dow Jones terkoreksi 2,47%, S&P 500 merosot 2,61%, dan indeks Nasdaq turun 2,48%

Sektor teknologi, layanan komunikasi, dan konsumsi non-primer menjadi pemberat terbesar bagi kinerja indeks S&P 500. Sebaliknya, saham-saham utilitas, barang konsumsi pokok, dan energi justru berhasil menguat.

Chief Investment Officer Ocean Park Asset Management James St. Aubin mengatakan ketegangan pasar seakan terulang lagi dengan Trump membahas isu tarif terhadap UE.

"Trump kembali mengangkat isu tarif terhadap Uni Eropa dan Apple. Pasar sempat berharap fase terburuk perang tarif telah berlalu, namun nyatanya bara itu masih ada,” jelasnya.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan Trump menilai tawaran dagang dari Uni Eropa masih belum memadai, dan ia berharap ancaman tarif baru bisa mendorong negosiasi lebih serius dari blok tersebut.

Pergerakan Pekan Ini

Bursa Wall Street diperkirakan pulih dari tekanan pada pekan lalu. Hal ini karena Trump bersikap melunak dengan memutuskan untuk menunda pemberlakuan tarif 50% terhadap Uni Eropa hingga 9 Juli, menyusul percakapan telepon dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

Berbicara kepada wartawan di Bandara Morristown, New Jersey, Trump menyebut perbincangan dengan von der Leyen “sangat baik” dan mengindikasikan kesediaannya untuk memberikan waktu tambahan guna mencapai kesepakatan dagang.

"Kami telah melakukan panggilan telepon yang sangat bagus dan saya setuju untuk memindahkannya," kata Trump kepada wartawan pada Minggu (25/5/2025) waktu setempat di Bandara Morristown di New Jersey dalam perjalanan kembali ke Washington.

Selain itu, perhatian pasar akan tertuju pada laporan keuangan Nvidia yang akan dirilis Rabu (28/5) menyusul tekanan yang mendera Wall Street akibat kekhawatiran fiskal dan meningkatnya imbal hasil obligasi AS.

Perusahaan semikonduktor dan pemimpin pasar AI ini memiliki bobot signifikan terhadap indeks-indeks utama dan dianggap barometer sentimen sektor teknologi.

"Semua perhatian akan tertuju pada laporan Nvidia. Tema AI telah menjadi penggerak dominan pasar, dan Nvidia berada di pusatnya,” jelas CEO Horizon Investment Services Chuck Carlson.

Nvidia adalah yang terakhir dari kelompok "Magnificent Seven" — tujuh raksasa teknologi AS — yang menyampaikan laporan kinerja kuartalan. Sepanjang 2025, kinerja saham kelompok ini tampak bervariasi, berbeda dengan dominasi kolektif yang mereka tunjukkan dalam dua tahun terakhir.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper