Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Cermati Negosiasi Nuklir AS-Iran, Harga Minyak Global Memanas

Harga minyak menguat tipis karena tanda-tanda kegagalan perundingan nuklir AS-Iran mengimbangi penurunan peringkat kredit AS oleh Moody's.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak menguat tipis pada perdagangan awal pekan, di tengah kekhawatiran pasar atas gagalnya negosiasi nuklir antara Amerika Serikat dan Iran, yang meredam tekanan dari penurunan peringkat kredit AS oleh Moody’s.

Melansir Reuters pada Selasa (20/5/2025), harga minyak mentah Brent naik 0,13% ke posisi US$65,54 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,3% ke US$62,69 per barel. Kedua patokan harga minyak ini sempat mencatat kenaikan lebih dari 1% sepanjang pekan lalu.

Sentimen pasar banyak dipengaruhi oleh mandeknya negosiasi antara AS dan Iran terkait program nuklir Iran. Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Majid Takht-Ravanchi, menegaskan bahwa pembicaraan tidak akan membuahkan hasil jika AS tetap menuntut penghentian aktivitas pengayaan uranium oleh Iran.

Analis StoneX Alex Hodes mengatakan pernyataan tersebut memupuskan harapan akan tercapainya kesepakatan yang bisa membuka jalan bagi pelonggaran sanksi terhadap Iran, serta potensi peningkatan ekspor minyak negara tersebut sebesar 300.000 hingga 400.000 barel per hari.

“Peningkatan pasokan minyak itu kini tampaknya sangat kecil kemungkinannya,” kata Hodes.

Dari sisi makroekonomi, pemangkasan peringkat kredit AS oleh Moody’s kembali menimbulkan kekhawatiran atas stabilitas ekonomi negara konsumen minyak terbesar dunia itu. Tekanan tambahan datang dari data ekonomi China yang menunjukkan perlambatan produksi industri dan penurunan penjualan ritel.

“Data ekonomi China yang di bawah ekspektasi tak banyak membantu harga minyak. Tapi saya melihat pelemahan ini masih dalam batas wajar,” ujar analis komoditas UBS Giovanni Staunovo.

Sementara itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan bahwa Presiden Donald Trump akan memberlakukan tarif seperti yang telah diancamkan bulan lalu terhadap negara-negara mitra dagang yang dianggap tidak bernegosiasi dengan itikad baik.

Mitra di Again Capital John Kilduff mengatakan harga minyak kemungkinan akan tetap volatil dalam waktu dekat karena investor mencermati perkembangan seputar kebijakan tarif, dinamika negosiasi AS-Iran, serta pembicaraan perdamaian di Ukraina.

Dalam perkembangan terbaru, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan usai melakukan pembicaraan dengan Presiden Trump bahwa Moskow siap bekerja sama dengan Kiev untuk menyusun nota kesepahaman menuju perjanjian damai. Ia juga menegaskan bahwa proses perdamaian berada di jalur yang tepat.

Menurut Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates, tercapainya perdamaian di Ukraina bisa membuka peluang pencabutan sejumlah sanksi Barat terhadap ekspor minyak Rusia, yang berpotensi meningkatkan pasokan global dan menambah tekanan pada harga minyak dunia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper