Bisnis.com, JAKARTA —Aset kripto papan atas seperti Bitcoin dan Ethereum mencatatkan lonjakan harga seiring dengan redanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Berdasarkan data CoinMarketCap, harga Bitcoin telah menyentuh level US$102,584 per koin pada perdagangan hari ini, Selasa (13/5/2025). Harga Bitcoin naik 8,66% dalam sepekan perdagangan dan naik 21,33% dalam sebulan perdagangan terakhirnya.
Ethereum menyentuh level US$2.455 per koin pada perdagangan hari ini. Harga Ethereum telah naik 36,29% dalam sepekan dan naik 52,87% dalam sebulan.
Kemudian, harga XRP menyentuh level US$2,48 per koin pada perdagangan hari ini. Harga XRP juga naik 17,12% dalam sepekan dan naik 16,45% dalam sebulan.
Selain itu, harga Solana menyentuh level US$170,02 per koin. Harga Solana juga naik 17,42% dalam sepekan dan naik 30,74% dalam sebulan.
Lonjakan harga aset kripto itu terjadi seiring dengan semakin redanya perang dagang. Kabar terbaru, AS dan China pada kemarin, Senin (12/5/2025) telah mengumumkan pemangkasan tarif yang tinggi satu sama lain selama 90 hari.
Baca Juga
AS mengatakan akan memangkas tarif yang dikenakan pada impor China menjadi 30% dari 145%. Sementara, China mengatakan akan memangkas bea masuk pada impor AS menjadi 10% dari 125%.
Founder 10x Research Markus Thielen mengatakan ke depan pasar kripto juga akan dipengaruhi oleh rilis data inflasi (Consumer Price Index/CPI) AS untuk periode April.
"Pasar mungkin melihat laporan inflasi sebagai hal yang positif. Kecuali ada berita utama tarif negatif, data inflasi pekan ini dapat memberikan katalis yang bullish," kata Thielen dilansir dari CoinDesk pada Selasa (13/5/2025).
Menurut HTX Research, belum ada tanda-tanda kegilaan spekulatif, yang mendorong reli harga aset kripto. Namun, Bitcoin kemungkinan akan berkonsolidasi dalam kisaran US$105.000–US$115.000 sambil menunggu pemicu breakout berikutnya.
Sementara, Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur menilai lonjakan harga Bitcoin tidak hanya dipicu oleh faktor teknikal, tetapi juga oleh stabilitas kebijakan moneter dan perkembangan geopolitik yang kondusif.
“Jika ketegangan perdagangan tetap mereda dan arus masuk ETF terus positif, BTC berpotensi menuju level resistensi berikutnya di US$105.000 hingga US$108.000 dalam jangka pendek," ujarnya dalam keterangan tertulis pada beberapa waktu lalu.
Skenario bullish Bitcoin kini mengarah pada level resistensi berikutnya di US$105.000. Sementara, apabila kesepakatan dagang Presiden AS Donald Trump benar-benar terwujud, para investor optimistis bahwa jalur Bitcoin menuju US$120.000 akan terbuka dalam waktu dekat.
Sejumlah data ekonomi utama AS juga akan menjadi penentu arah pergerakan harga Bitcoin dalam waktu dekat. Fyqieh mengatakan bahwa meskipun momentum saat ini cukup kuat, rilis data anggaran AS dan CPI akan menjadi kunci untuk menilai apakah Bitcoin dapat menembus dan bertahan di atas level psikologisnya.
"Agar reli ini bisa berkelanjutan, narasi kesepakatan perdagangan perlu berkembang menjadi kemajuan yang nyata," ujarnya.