Bisnis.com, JAKARTA — Kesepakatan tarif baru antara AS dan China yang meredakan perang dagang berdampak terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Non-Deliverable Forward (NDF) yang diperdagangkan di pasar luar negeri.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah NDF pada perdagangan hari ini, Selasa (13/5/2025) pukul 09.15 WIB berada di level Rp16.660 per dolar AS, melemah 0,34% atau 56,5 poin.
Sementara, sejumlah mata uang Asia lainnya mengalami penguatan. Yen Jepang misalnya menguat 0,4%, dolar Hong Kong menguat 0,03%, dolar Singapura menguat 0,19%, dolar Taiwan menguat 0,14% dan won Korea Selatan menguat 0,8%.
Lalu, yuan China menguat 0,25%, rupee Inidia menguat 0,39%, serta baht Thailand menguat 0,04%.
Pada perdagangan sebelumnya, Jumat (10/5/2025), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengakhiri perdagangan dengan melemah 0,11% atau 18 poin ke level Rp16.520 per dolar AS.
Pelemahan rupiah NDF itu terjadi di tengah kesepakatan antara AS dan China soal tarif yang membawa harapan redanya perang dagang.
Baca Juga
AS dan China telah mengumumkan pada Senin (12/5/2025) bahwa mereka akan memangkas tarif yang tinggi satu sama lain selama 90 hari. AS mengatakan akan memangkas tarif yang dikenakan pada impor China menjadi 30% dari 145%, sementara China mengatakan akan memangkas bea masuk pada impor AS menjadi 10% dari 125%.
"Waktunya 90 hari dan ini pada dasarnya memberi lebih banyak waktu, saya rasa AS mengalah," kata Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex di New York dilansir Reuters pada Selasa (13/5/2025).
Seiring dengan kesepakatan soal tarif AS dan China, indeks dolar AS mengalami penurunan pada perdagangan kemarin, Senin (12/5/2025) ke level 101,63, turun 0,15%.
Pengamat forex Ibrahim Assuaibi mengatakan pergerakan rupiah pada pekan ini diproyeksikan fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp16.510 - Rp16.570 per dolar AS.
Terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi rupiah. Dari luar negeri, kebijakan tarif AS dan China masih memengaruhi. AS dan China akan menyelesaikan sengketa perdagangan yang telah mengancam pertumbuhan ekonomi global.
Presiden Donald Trump juga telah menandatangani kerangka kerja untuk kesepakatan perdagangan dengan Inggris, di mana tarif 10% yang dikenakan pada barang yang diimpor dari Inggris tetap berlaku. Sementara Inggris setuju untuk menurunkan tarifnya menjadi 1,8% dari 5,1%.
Selain itu, kebijakan moneter The Fed pun akan memengaruhi. Berdasarkan data ekonomi AS, pasar tenaga kerja tetap solid, melegakan bagi The Fed yang mempertahankan suku bunga pada pekan lalu.
Dari dalam negeri, survei konsumen Bank Indonesia pada April 2025 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi terjaga. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) April 2025 yang berada pada level optimis sebesar 121,7, lebih tinggi dibandingkan dengan indeks pada bulan sebelumnya sebesar 121,1.
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) April 2025 tercatat sebesar 129,8, meski lebih rendah dibandingkan Maret 2025 sebesar 131,7.
Optimisme konsumen yang meningkat pada April 2025 bersumber dari kenaikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan tetap terjaganya keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan.