Bisnis.com, JAKARTA – Emiten menara telekomunikasi, PT Bali Towerindo Sentra Tbk. (BALI) menargetkan pertumbuhan pendapatan menembus Rp1,35 triliun dan laba bersih Rp275 miliar pada 2025.
Wakil Direktur Utama BALI Lily Hidayat menyampaikan BALI menargetkan pendapatan Rp1,35 triliun dengan Ebitda margin di kisaran 69,33% pada 2025. Adapun, laba bersih ditargetkan naik menjadi Rp270 miliar—Rp275 miliar.
“"Untuk mendukung target dan ekspansi perseroan, BALI mengalokasikan belanja modal (capex) sekitar Rp471 miliar. Sumber pendanaan bisa dari pinjaman perbankan, sukuk, dan pendapatan operasional perusahaan," katanya dalam Paparan Publik, Jumat (25/4/2025).
Secara umum, BALI mengoperasikan dua segmen usaha, yaitu selular dan non-selular. Bisnis selular mencakup penyewaaan menara, penyewaan transmisi/bandwidth, operations dan maintenance (O&M) termasuk listrik dan back-up power.
Di segmen non-selular, bisnis perseroan mencakup Fiber-to-the-X (FTTX) residensial, korporasi, dan jasa very small aperture terminal remote terminal ground segment atau VSAT RTGS melalui anak usaha, yaitu PT Paramita Intimega. Produk non-selular perseroan dikenal dengan nama Balifiber.
"Di bisnis selular, saat ini perseroan merupakan penyedia menara terbesar di Bali dan penyedia microcell pole (MCP) utama di Jakarta. Seluruh menara kami telah tersambung dengan jaringan fiber optik dan/atau microwave serta mampu mengakomodir perkembangan teknologi ke depan sesuai kebutuhan pelanggan. Sementara itu, di bisnis non-selular, perseroan menawarkan carrier-grade service dengan kecepatan tinggi dan latensi rendah," tuturnya.
Baca Juga
Direktur BALI Robby Hermanto menyampaikan target pendapatan BALI pada 2025 sejalan dengan rencana penambahan Menara MCP sekitar 50 unit dan penambahan jaringan Fiber to the Home 30.000 unit home-passed.
Home-passed merupakan jaringan fiber optik yang melalui rumah-rumah pelanggan. BALI juga menargetkan penambahan VSAT RTGS sekitar 4.000 titik pada 2025.
“Pada 2025, prospek emiten menara telekomunikasi dinilai cukup positif di tengah sentimen pemerintah yang berupaya mengembangkan infrastruktur telekomunikasi dan jaringan digital,” jelasnya.
Ditinjau dari berbagai sisi, seperti konsumsi data pelanggan, infrastuktur digital, ketersediaan spektrum, bahkan konsolidasi industri, manajemen menyimpulkan prospek industri menara telekomunikasi memiliki ruang untuk pertumbuhan yang masih tinggi. Perseroan mempersiapkan diri untuk memanfaatkan peluang dengan optimal pada 2025.
Untuk mencapai target kinerja pada 2025, BALI menyiapkan strategi pemasaran produk secara intensif untuk produk yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan, baik secara door to door ataupun business to business. BALI juga fokus pada pengembangan kolokasi untuk efisiensi capex dan biaya operasional.
Direktur BALI Jap Owen Ronadhi menyampaikan dalam pengembangan jaringan dan infrastruktur, perseroan secara agresif terus meningkatkan jumlah total home passed di wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang, Depok, Karawang, Surabaya, dan Bali, di mana Perseroan telah memiliki jaringan untuk menara telekomunikasi
“Untuk memperluas cakupan pasar serta kualitas layanan, BALI secara agresif telah dan akan terus meningkatkan jumlah persebaran menara telekomunikasi dan jaringan fiber optiknya,” imbuhnya.
Sepanjang 2024, BALI berhasil mempertahankan rasio kolokasi menara telekomunikasi. Perseroan terus berupaya mengembangkan bisnis jasa telekomunikasi dengan memanfaatkan infrastruktur dan jaringan transmisi yang telah dimilikinya.
Segmen usaha selular masih menjadi kontributor utama pendapatan usaha perseroan. Per 31 Desember 2024, BALI tercatat memiliki jumlah menara 2.702 unit menara, dengan jumlah pelanggan sebanyak 1.994 unit penyewa. Segmen ini memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp565,41 miliar atau 54,06% dari total pendapatan usaha pada 2024.
Di sisi lain, segmen non-selular berhasil memberikan kontribusi sebesar 45,94% atau sebesar Rp480,44 miliar. Jumlah home-passed tercatat meningkat menjadi sebesar 256.190 unit, dengan jumlah pelanggan residensial meningkat menjadi 59.241 pelanggan dan korporasi 1.302 pelanggan pada 2024.
Secara total, pada 2024 BALI membukukan pendapatan usaha sebesar Rp1,046 triliun, naik 9,48% YoY, dan laba bersih Rp144,27 miliar. Adapun, Ebitda mencapai Rp704 miliar dengan Ebitda margin terjaga di kisaran 67%.